REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Harga cabai yang terus meroket dalam beberapa pekan terakhir, berdampak pada omzet pemilik warung makan di Kabupaten Indramayu. Mereka terpaksa harus mengurangi keuntungan ketimbang menaikkan harga jual di tengah ketatnya persaingan di antara sesama warung makan.
Hal itu seperti yang diungkapkan pemilik warung makan El’rika di Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Dedi Musashi. Dia mengatakan, kenaikan harga cabai sangat memberatkannya mengingat menu makanan yang dijualnya kebanyakan membutuhkan cabai.
"Di warung saya dijual ayam geprek, ayam goreng, ayam bakar dan dendeng sapi, yang semuanya membutuhkan sambal pedas dalam jumlah banyak," kata Dedi kepada Republika.co.id, Rabu (17/7).
Dedi mengaku tak bisa mengurangi takaran cabai dalam sambalnya karena akan mengurangi rasa pedas. Sedangkan untuk menaikkan harga jual makanannya, tak bisa dilakukan mengingat banyaknya warung makan lain yang juga menjual menu makanan serupa.
"Jika harga dinaikkan, nanti konsumen beralih ke yang lain," ujar Dedi.
Dedi menyebutkan, harga cabai rawit merah yang dibelinya di Pasar Baru Indramayu saat ini mencapai Rp 80 ribu per kilogram. Sedangkan cabai rawit biasa seharga Rp 45 ribu per kilogram dan cabai merah Rp 55 ribu per kilogram.
Hal serupa juga dilakukan seorang pemilik warung makanan di Kelurahan Margadadi, Kecamatan Indramayu, Wati. Dia juga memilih mengurangi keuntungan dibandingkan menaikkan harga jual makanannya.
"Jadi serba susah. Kalau menaikkan harga, pelanggan pasti protes," kata Wati.