REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di awal perkembangannya, gaya arsitektur menara Masjid Damaskus dan Masjid Nabawi telah menjadi trend-setter. Pola menara kedua masjid itu telah direplikasi dan dicontoh masjid-masjid hingga berbagai penjuru negeri Muslim melintasi dataran Arab hingga ke Andalusia.
Dalam perkembangannya, desain arsitektur menara masjid pun menjadi beragam. Gaya dan bentuk menara itu biasanya disesuaikan dengan budaya dan kondisi wilayahnya. Secara umum terdapat lima bentuk dan gaya menara mesjid, yakni menara klasik, menara variasi, menara segi empat, menara spiral, dan menara silinder.
Menara klasik memiliki desain yang khas. Lantai dasarnya berbentuk segi empat, naik ke atas menjadi oktagonal (segi delapan) dan kemudian diakhiri dengan tower silinder yang dipuncaki dengan sebuah kubah kecil. Menara Masjid Mad Chalif di Kairo yang dibangun Khalifah Al-Hakim dari Dinasti Fatimiyah menggunakan desain menara klasik.
Masjid Al-Azhar menggunakan menara dengan desain variasi. Diawali dengan segi empat di bagian bawah, lalu bertransformasi menjadi segi enam yang dihiasi dengan balkon segi delapan. Lain Mesir, lain pula Iran. Di negeri para Mullah ini, sebagian besar menara masjidnya menggunakan menara silinder dengan diameter silinder yang semakin mengecil di puncak menara. Salah satu contohnya, menara Masjid Natanz.
Menara segi empat, salah satunya digunakan di Aleppo wilayah Mediterrania. Uniknya, menara Masjid Aleppo menerapkan tren baru. Sepenuhnya berbentuk segi empat dari dasar hingga puncak. Menara yang dibangun oleh penguasa Turki Seljuk pada 1089 ini menggunakan batu bata sebagai material utama.
Sebagai tren baru, tidak ada kubah di puncak menara. Hasan bin Mufarraj, arsitektur yang merancangnya, memberikan sentuhan baru dengan meletakkan muqarnas di puncak menara setinggi 46 meter ini. Muqarnas tersebut menyerupai galeri dan berfungsi sebagai tempat muazin.
Di antara beragam gaya dan desain menara, hanya menara spiral yang jarang direplikasi dan terapkan oleh menara-menara masjid di dunia. Bentuk khas menara spiral digunakan di masjid-masjid di Irak yang mengadopsi tradisi dalam bangunan menara Mesopotamia.
Masjid Samarra dan Masjid Dullaf adalah masjid di Irak yang memiliki menara berbentuk spiral. Bisa dikatakan kedua menara ini sebagai peninggalan arsitektur yang memberikan kesan bahwa perhitungan geometri para arsitek pada masa itu sudah sangat akurat.
Kedua menara masjid itu bahkan hingga sekarang masih tegak berdiri walaupun sudah berusia 1.200 tahun. Masjid lain yang juga memiliki menara spiral adalah Masjid Ibnu Tulun di Fustat, Mesir.
Gaya dan arsitektur berkembang luas tergantung pada wilayah dan zamannya. Di Turki pada abad ke-11, jumlah menara pada masjid bervariasi mulai 1, 2, 4, atau 6. Menara itu berhubungan dengan ukuran masjid. Minaretnya berbentuk langsing dan bundar.
Di Mesir dan Syiria pada abad ke-7 hingga 13, menara yang digunakan berbentuk segi empat dan tak terlalu tinggi serta terletak di empat sisi masjid. Satu-satunya minaret berbentuk oktagonal yang terkemuka terletak di Chefchaouen Cina bernama Emin Minaret yang dibangun pada 1778 oleh Kaisar Qianlong dari Dinasti Qing.