REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Partai final Piala Afrika 2019 bakal mempertemukan timnas Aljazair versus Senegal yang berlangsung di Kairo Internasional Stadium, Sabtu (20/7) dini hari WIB. Selain menentukan raja baru di Benua Hitam, laga nanti tentu diprediksi berjalan menarik mengingat dua kesebelasan bakal adu tajam dua bintang Liga Inggris, Sadio Mane dan Riyad Mahrez.
Senegal berhasil melanggeng ke final setelah sebelumnya menyingkirkan Tunisia dalam laga yang berlangsung dramatis. Gol semata wayang tim berjuluk Lions of Teranga dicetak oleh Mane, salah satu trisula lini depan Liverpool di Liga Inggris.
Mane sejak awal mengatakan memenangkan Piala Afrika 2019 merupakan impian terbesarnya. "Membawa piala ke Senegal rasanya akan jauh lebih menyenangkan dibandingkan saat juara Liga Champions lalu," kata dia.
Situasi yang sama juga dialami oleh pasukan Djamel Belmadi, mereka menembus babak final usai menyingkirkan tim favorit Nigeria lewat kemenangan 2-1. Adalah, Riyad Mahrez yang menjadi pahlawan kemenangan el Khadra lewat tendangan bebasnya pada injury time. Sejauh ini Mane dan Mahrez sama-sama sudah mencetak tiga gol.
Praktis, secara performa laga final nanti bisa dikatakan ideal. Baik Senegal dan Aljazair menunjukan penampilan konsiten dan meyakinkan. Namun, satu catatan lebih Mahrez dan kolega dianggap lebih mentereng mengingat tak pernah terkalahkan dalam perjalanannya di hajatan dua tahunan ini.
"Laga nanti tentu akan berjalan menarik, kedua tim memiliki pemain hebat dan ingin memenangkannya," jelas pelatih Aljazair Djamel Belmadi dikutip Sport24, Kamis (18/7).
Bukan hanya soal adu tajam Mahrez versus Mane, pertandingan nanti juga jadi panggung dua sahabat karib, Belmadi dan pelatih Senegal Aliou Cisse. Belamdi mengatakan pertemuan kedua pelatih lokal pertama pada sebuah final Piala Afrika dalam 21 tahun terakhirmembawa pesan positif bagi pemerhati sepak bola di Afrika.
"Memainkan final ini melawan sahabat saya sangatlah menakjubkan. Saya kira ini pesan besar yang kami kirimkan untuk para pejabat sepak bola di sini (Afrika)," sambung juru taktik 43 tahun.
Dengan mengusung skema 4-1-4-1 atau 4-4-2 Aljazair tampil mempesona karena gaya bermain mereka yang atraktif. Sedangkan Senegal terlihat lebih tangguh dalam urusan bertahan yang menggunakan pakem 4-3-3 menduetkan Kouyate serta Koulibaly di jantung pertahanan.
Alhasil, Belamdi diprediksi akan memainkan skema 4-4-2 via kecepatan dua pemain sayap Riyad Mahrez serta Youcef Belailli. Keduanya bakal menekan kedalaman bek sayap Senegal. Sedangkan ujung tombak dipercaya pada Baghdad Bounedjah.
Di sisi lain, Senegal mengisyratkan laga final sebagai ajang balas dendam setelah sebelumnya dipermalukan 0-1 dari Aljazair pada fase grup. Terlebih, Senegal dipercaya turun dengan kekuatan terbaiknya dan telah memperlajari kelemhan sang lawan.
"Djamel adalah taktik yang hebat, pelatih yang sangat bagus. Dia bisa membuat timnya bermain seperti yang ia inginkan. Jadi kami harus tetap waspada hingga peluit akhir berbunyi," tegas Cisse.