REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Predikat saintis multidisiplin melekat pada diri Ridwan al-Sa'ati. Dia pakar astronomi, geografi, fisika, politik, serta sastra. Ia pun menguasai teknik. Beberapa literatur sejarah merekamnya sebagai salah satu ilmuwan besar di dunia Islam. Tokoh ini berasal dari Damaskus, Suriah, yang merupakan ibu kota kekhalifahan Ummayah.
Di kota tersebut ia dilahirkan. Di sana pula, Fakhr al-Din Ridwan ibnu Muhammad ibnu Ali ibnu Rustan ibnu Hurdus al-Khurasani al-Sa'ati, nama lengkap Ridwan al-Sa’ati, menghabiskan seluruh masa hidupnya. Sejak awal, ia telah mendapatkan bimbingan guru terdekatnya, Muhammad al-Sa’ati yang merupakan ayahnya sendiri.
Ilmuwan bernama Moustafa Mawaldi, menyatakan intelektualitas Ridwan terus terasah di bawah bimbingan ayahnya, seorang insinyur teknik. Ayah Ridwan berasal dari Khurasan, Iran, yang kemudian memutuskan pindah ke Damaskus, dan berkutat dalam ranah ilmu pengetahuan. Ridwan al-Sa’ati, ujar Mawaldi, dibesarkan di rumah pengetahuan
Selain pakar di bidangnya, Muhammad al-Sa’ati berperan besar melalui karyanya, yakni instrumen jam air yang dibangun di atas Jembatan Jirun. Instrumen itu dibuat antara 1154-1174 Masehi. Jam ini berada di kompleks Masjid Agung Umayyah yang ada di Damaskus.
Dari ayahnya, Ridwan menimba ilmu teknik, terutama metode pembuatan jam, serta astronomi. Ilmunya tak hanya bersumber dari satu guru. Ia menuai ilmu pula dari cendekiawan ternama lainnya, seperti Fakhr al Din Muhammad ibn Abd Salam al Mardini. Dari Mardini, ia belajar tentang pengobatan.
Abu al-Yamn Taj al-Din Zayd ibnu al-Hasan al-Kindi menjadi sosok lain yang ikut memoles kehidupan intelektual Ridwan.