Sabtu 20 Jul 2019 02:22 WIB

Proyektil Korban Kerusuhan 22 Mei Berasal Dari Senjata Glock

Proyektil untuk menembak korban aksi 21-22 Mei bukan berasal dari senjata polisi

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Esthi Maharani
Menkopolhukam Wiranto (tengah) didampingi Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kiri) dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komjen Polisi Suhardi Alius, memberikan keterangan kepada wartawan seusai memimpin rapat koordinasi bidang Polhukam, di Kantor Kemenkopolhukam Jakarta, Jumat (19/7/2019).
Foto: Antara/Fauzi Lamboka
Menkopolhukam Wiranto (tengah) didampingi Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kiri) dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komjen Polisi Suhardi Alius, memberikan keterangan kepada wartawan seusai memimpin rapat koordinasi bidang Polhukam, di Kantor Kemenkopolhukam Jakarta, Jumat (19/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Wiranto, mengungkapkan bahwa proyektil yang digunakan untuk menembak korban aksi 21-22 Mei bukan berasal dari senjata polisi. Proyektil dipastikan berasal dari senjata jenis Glock. 

Wiranto menjelaskan, pihaknya telah melakukan pengusutan kepada sembilan orang korban meninggal dunia kerusuhan 21-22 Mei. Menurut dia, kepolisian sudah melakukan penyidikan mendalam dengan melibatkan Komnas HAM. 

"Hasilnya sudah sangat bagus ya karena dari sembilan korban itu, sudah dipastikan bahwa delapam orang korban TKP-nya diketahui, kemudian yang satu tidak (tidak diketahui)," ujar Wiranto usai memimpin rapat koordinasi di Kantor Kemenkopolhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (19/7).

Dia melanjutkan, jenazah empat korban meninggal dunia itu telah diautopsi. Sementara itu, sebanyak lima jenazah lain tidak diautopsi. Wiranto juga mengungkapkan asal dari proyektil dalam jenazah korban.

"Proyektil yang ditemukan di korban, itu sudah dipastikan dari senjata glock. Jadi bukan indetik dengan senjata yang dimiliki Polri," tegas dia. 

Rapat koordinasi pada Jumat dihadiri oleh Menkominfo Rudiantara, Menkum HAM Yasonna Laoly, Kepala BNPT Suhardi Alius dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Rapat digelar selama sekitar dua jam.  Menurut Wiranto, rapat koordinasi digelar untuk membahas sejumlah isu yang beredar di masyarakat. 

"Maka saya jelaskan sclecara singkat hal hal yang masih menjadi pembicaraan di masyarakat. Yang saya tahu banyak isu isu yang tidak benar, banyak hoaks, banyak pemberitaan pemberitaan yang sumbernya tidak jelas, maka siang ini kita akan menjelaskan kepada saudara sekalian supaya semuanya lebih jelas lagi," tutur Wiranto.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement