REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia naik sekitar satu persen pada akhir perdagangan Jumat waktu AS atau Sabtu (20/7) WIB. Satu hari sebelumnya. harga minyak turun tajam karena meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran. Selain itu juga adanya kekhawatiran pertumbuhan ekonomi yang melambat dapat mengurangi permintaan minyak global.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September, naik 0,54 dolar AS menjadi ditutup pada 62,47 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik 0,33 dolar AS menjadi menetap pada 55,63 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Untuk pekan ini, harga patokan minyak mentah turun. Harga turun tajam awal pekan ini di tengah kekhawatiran permintaan. Untuk WTI jatuh tujuh persen sepanjang pekan ini dan Brent kehilangan sekitar 5,5 persen untuk pekan ini, penurunan tertajam untuk kedua acuan sejak akhir Mei.
Harga-harga minyak naik di akhir sesi setelah Pengawal Revolusi Iran mengatakan mereka telah menangkap sebuah kapal tanker minyak berbendera Inggris di Teluk. Peristiwa ini semakin meningkatkan ketegangan di sepanjang rute pengiriman minyak internasional yang vital.
Menurut data pelacakan Refinitiv, sebuah kapal tanker minyak kedua, Mesdar yang dioperasikan Inggris, berbendera Liberia, berbelok tajam ke utara menuju pantai Iran pada Jumat (19/7) sore setelah melewati barat melalui Selat Hormuz ke Teluk.
Episode ini telah menyuntikkan risiko geopolitik lebih lanjut ke pasar minyak. Seorang pejabat senior pemerintah Trump mengatakan pada Jumat (19/7) Amerika Serikat akan menghancurkan pesawat tanpa awak Iran yang terbang terlalu dekat dengan kapalnya.
Sehari sebelumnya, Amerika Serikat mengatakan sebuah kapal Angkatan Laut AS telah "menghancurkan" pesawat tanpa awak Iran di Selat Hormuz setelah pesawat mengancam kapal itu. Namun, Iran mengatakan tidak memiliki informasi tentang kehilangan sebuah pesawat tak berawak.
Harga juga didukung oleh indikasi Federal Reserve AS akan menurunkan suku bunga secara agresif untuk mendukung perekonomian. Sementara itu, perusahaan-perusahaan energi AS pekan ini mengurangi jumlah rig minyak yang beroperasi untuk pekan ketiga berturut-turut karena pengebor menindaklanjuti rencana untuk memotong pengeluaran.
Pengebor mengurangi lima rig minyak dalam seminggu hingga 19 Juli, sehingga jumlah totalnya turun menjadi 779 rig. Ini adalah terendah sejak Februari 2018.
Data pada Jumat (19/7) juga menunjukkan dana lindung nilai dan manajer uang lainnya menaikkan taruhan bullish mereka pada minyak mentah AS. Itu adalah peningkatan kedua berturut-turut.
Badan Energi Internasional (IEA) tidak memperkirakan harga minyak naik secara signifikan karena permintaan melambat dan ada kelebihan pasokan di pasar minyak mentah global.
"IEA mengurangi perkiraan pertumbuhan permintaan minyak 2019 menjadi 1,1 juta barel per hari (bph) dari 1,2 juta barel per hari karena ekonomi global yang melambat di tengah perang perdagangan AS-China," kata Ketua IEA, Fatih Birol, Jumat (19/7) kepada Reuters.