Sabtu 20 Jul 2019 15:50 WIB

FAO Apresiasi Pengendalian Flu Burung di Indonesia

Pengendalian dititikberatkan pada peningkatan biosekuriti peternakan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Dwi Murdaningsih
Penyuntikan vaksin flu burung oleh tim Dinas Pertanian terkait kasus kematian puluhan itik akibat flu burung (H5N1), di Kampung Lebakwangi, Desa Sekarwangi, Kecamatan Soreang, Jumat (24/2).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Penyuntikan vaksin flu burung oleh tim Dinas Pertanian terkait kasus kematian puluhan itik akibat flu burung (H5N1), di Kampung Lebakwangi, Desa Sekarwangi, Kecamatan Soreang, Jumat (24/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO) mengapresiasi pengendalian dan penanggulangan Avian Influenza (AI) atau flu burung. Diketahui, flu burung disebabkan oleh virus influenza yang menyerang semua jenis unggas domestik termasuk ayam, bebek, dan burung puyuh yang dapat menyebabkan kematian. 

Sebagai catatan, flu burung merupakan salah satu penyakit dari 15 penyakit hewan yang dapat ditularkan ke manusia atau zoonosis. Pengendalian penyakit tersebut menjadi salah satu program prioritas Kementerian Pertanian (Kementan). Sebagai catatan, Indonesia tertular virus flu burung sejak tahun 2003 yang menyebar ke beberapa wilayah dalam beberapa tahun saja. 

FAO Representative for Indonesia and Timor Leste Stephen Rudgard dalam keterangan resminya menyatakan apresiasi terhadap pengendalian dan penanggulangan flu burung dari ancaman zoonosis. 

"Pengendalian ini diharapkan dapat menginspirasi Indonesia untuk melindungi masyarakat dari ancaman zoonosis. Terima kasih atas kemitraan yang hebat," kata Rudgard dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (20/7). 

FAO, lanjut dia, telah mendukung programpengendalian dan penanggulangan flu burung oleh Kementan sejak tahun 2006. Sepanjang kerja sama selama 13 tahun tersebut, dia mengapresiasi angka kasus penyakit flu burung yang terus menurun.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), angka tahunan kasus flu burung dilaporkan menurun dari 2.751 kasus pada 2007 menjadi 476 pada tahun 2018. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan I Ketut Diarmita mengatakan, saat ini pengendalian dititikberatkan pada peningkatan biosekuriti peternakan dan sertifikasi kompartemen bebas AI.

Selain itu juga dilakukan pemantauan dinamika virus AI yang beredar di lapangan untuk tujuan produksi dan penggunaan vaksin yang efektif dalam melindungi peternakan. 

"Implementasi strategi ini berhasil menekan kasus flu burung di peternakan rakyat, juga memberikan sertifikasi kompartemen bebas AI bagi peternakan komersial. Keberhasilan sertifikasi tersebut membuat produk unggas Indonesia dapat diekspor ke beberapa negara," kata Ketut. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement