Sabtu 20 Jul 2019 20:00 WIB

Cinta Allah dan Rasul-Nya, Adakah dalam Diri dan Laku Kita?

Cinta Allah dan Rasul-Nya harus terwujud dalam laku nyata.

Jamaah Masjid Nabawi khusyu berdoa di area Raudhah Masjid Nabawi, Madinah.
Foto: Ismar Patrizki/Antara
Jamaah Masjid Nabawi khusyu berdoa di area Raudhah Masjid Nabawi, Madinah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKATA— Semua umat Islam mengaku kecintaan terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya. Namun, masih sedikit di antara umat dapat menghadirkan cinta Allah dan Rasul dalam hatinya. 

"Rasulullaah  SAW sangat mencintai umatnya, namun adakah cinta Rasulullah SAW juga ada dalam hati kita?" kata pengasuh Pondok Pesantren Dakwah Ala Nubuah Tahfizul Qur'an Barokah Madinah di Kab Padang Pariaman, KH Zulkifli Ahmad Jundim Lc, melalui pesan hikmanya yang diterima Republika.co.id, Sabtu (20/7).  

Baca Juga

"Apakah cinta kita sekadar senandung? Suatu kejahilan apabila kita tidak memahami hakikat cinta tanpa melaksanakan perintah Rasulullah," katanya.

Saat ini, kata KH Zulkifli, banyak orang mengaku sebagai umat Nabi SAW, tetapi apakah di akhirat kelak digolongkan sebagai umat Nabi? Padahal kelak Rasulullah SAW menanti di tepi Telaga Kausar untuk memberikan minum umatnya.  

Zulkifli menceritakan, satu saat ada jamaah datang menghampiri Rasulullah SAW, tetapi dihalau malaikat. "Mengapa engkau menghalau umatku?”, kata Rasul. 

Malaikat menjawab, “Ya Rasulullah. Mereka itu bukan umatmu, karena mereka tidak mau melaksanakan dakwah, ikut berpikir, dan merisaukan keadaan umatmu, mereka hanya sibuk ibadah untuk dirinya sendiri," kata malaikat.

Zulkifli menjelaskan, malaikat menyergah Rasulullah karena umatnya itu tidak peduli tentang keluarga, tidak peduli tetangganya, tidak peduli tentang desanya, tidak peduli dengan negaranya, dan tidak peduli keadaan umat Islam yang sudah berjuta-juta meninggalkan shalat berjamaah. "Semoga cinta umat dan tanggung jawab agama ini ada dalam diri kita semua sebagaimana cintanya Nabi kepada seluruh umat manusia," katanya.

Menurut Zulkifli, Allah SWT memberikan contoh siapa manusia yang sukses dan siapa manusia yang gagal. Allah memberi contoh bukanhanya satu, melainkan banyak sekali dengan kurun waktu yang panjang sejak zaman Nabi Adam sampai pamungkas para Nabi, Muhammad SAW. 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement