REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapendam XVII/Cendrawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi, mengungkapkan, satu orang prajurit TNI gugur setelah mendapatkan serangan oleh kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB). Prajurit atas nama Prada Usman Hambelo itu terkena luka tembak di bagian pinggang.
"Setelah dilaksanakan pengecekan personel, ternyata satu orang prajurit atas nama Prada Usman Hambelo mengalami luka tembak di bagian pinggang sebelah kanan," ujar Aidi melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (20/7).
Setelah itu, Aidi mengatakan, kejadian penembakan tersebut dilaporkan ke satuan atas untuk mendapatkan bantuan helikopter dalam rangka evakuasi. Menurut dia, satu-satunya sarana angkutan menuju ke tempat kejadian perkara hanya dengan helikopter.
"Namun karena cuaca hujan di wilayah Nduga, proses evakuasi tidak dapat dilaksanan hingga malam hari ini (Sabtu)," terangnya.
Aidi mengatakan, berdasarkan laporan yang diterima, Prada Usaman Hambela akhirnya mengeembuskan nafas terakhir pada pukul 14.10 WIT. Pada Sabtu (20/7), aksi penembakan kembali dilakukan oleh KKSB di area pembangunan Trans Papua, Nduga, Papua. Penyerangan terjadi ketika aparat pengamanan dari TNI tengah melakukan istirahat, sholat, dan makan.
"Peristiwa tersebut terjadi pada pukul 12.45 WIT, saat anggota TNI sedang melaksanakan Istirahat, sholat, makan," jelas Aidi.
Aidi menuturkan, aksi penembakan tersebut terjadi di lokasi pembangunan jembatan Sungai Yuguru. Lokasi tersebut menjadi bagian dari proyek strategis nasional Trans Papua Wamena-Mumugu, di Distrik Yuguru, Kabupaten Nduga, Papua. Penembakan ini diduga dilakukan kelompok Egianus Kogoya.
"Pasukan TNI yang tengah beristirahat tiba-tiba mendapatkan serangan yang muncul dari semak belukar dengan jarak sekitar 300 meter," terangnya.
Menurut Aidi, penembakan ini terjadi secara singkat karena mereka menyerang dengan metode tembak dan lari. Pelaku yang diperkirakan berjumlah empat hingga lima orang tersebut menyerang prajurit TNI dengan rentetan tembakan.
"Pasukan TNI berusaha membalas tembakan dan melakukan pengejaran. Namun dengan pertimbangan keamanan, karena medan belukar yang sangat tertutup dan banyak jurang yang curam, maka pengejaran dihentikan," jelasnya.