REPUBLIKA.CO.ID, BATUSANGKAR -- Kabid Perkebunan Dinas pertanian Tanah Datar Sismayeli mengatakan tingginya potensi pengembangan tanaman Vanili. Harga vanili kata Sismayeli sangat baik di pasaran. Ia berharap petani khususnya di Tanah Datar mulai giat menanam vanili demi mendongkrak kualitas perekonomian petani.
"Vanili hijau adalah emas hijau bagi para petani. Harganya sangat fantastis," kata Sismayeli, melalui keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Senin (22/7).
Kemarin, Ahad (21/7) Tanah Datar, tepatnya di Kecamatan Pariangan menjadi tuan rumah Pertemuan Asosiasi Petani Vanili Sumatera Barat.
Fasilitator pertemuan Fausan mengatakan tanaman vanili belum terlalu diminati petani. Di Sumatera Barat tanaman vanili ini masih terbilang langka. Penyebabnya kata Fausan lantaran kurangnya ilmu budidaya tanaman vanili di masyarakat. Seperti tata cara pengembang biakkan dengan pengawinan vanili.
Pengawinan vanili tak dapat hanya mengandalkan angin atau hewan seperti kumbang. Untuk mengawinkan vanili harus ada ahli. Fausan menyebut para petani vanili ingin mengembangkan tanaman ini karena nilai komersialnya sangat tinggi. Satu kilo gram vanili kiring berkisar di angka Rp 6 juta.
''Kami memang ingin mengembangkan vanili karena nilai konersialnya sangat tinggi harganya saya lihat di internet berkisar antara Rp 2,5 juta sampai Rp 6 juta jenis vanili kering dan dari harga yang di dapat dari pembeli dan pengepul,'' ucap Fausan.
Vanili merupakan tanaman penghasil bubuk vanili yang biasanya digunakan untuk pengharum makanan. Di Indonesia, penghasil vanili terbanyak adalah Jawa Timur, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, NTT, Yogyakarta, Papua dan beberapa daerah di Pulau Sulawesi.