REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ratusan ekor ikan di Keramba Jaring Apung (KJA) milik petani yang berada di Desa Galanggang dan Desa Pangauban, Waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat mati mendadak dalam satu pekan terakhir. Diduga, ikan-ikan tersebut mati karena perubahan cuaca ekstrem yang terjadi tiap tahun.
Kepala Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Dedy Arief membenarkan ia telah memperoleh laporan kematian ikan di KJA milik warga. Namun Dedy mengaku belum mengetahui jumlah total ikan yang mati.
"Ya, saya dapat laporan dari lapangan ikan yang mati. Kemungkinan karena adanya perubahan cuaca yang ekstrem dan terjadi tiap tahun," ujarnya saat dihubungi via telepon, Senin (22/7).
Menurutnya, air yang berada di Waduk Saguling pun mengalami penyusutan. Kondisi ini diperparah dengan suhu malam hari di bawah 16 derajat celcius. Keadaan tersebut menyebabkan ikan-ikan mati.
"Saran dari kami, kurangi kepadatan ikan, beri vitamin c, atur pola pemberian pakan agar tidak menjadi limbah organik," ungkapnya.
Salah seorang warga yang ditemui di Kampung Cihamirung, Desa Mekarjaya, Kecamatan Cihampelas bernama Wawan mengungkapkan ratusan ikan mati sejak Rabu kemarin di Desa Pangauban dan Desa Galanggang, Kabupaten Bandung Barat. Menurutnya, jenis ikan yang mati didominasi ikan nila.
"Puncaknya pekan kemarin sampai ribuan mati karena banyak di kolam. Di sini kolamnya ratusan," ujarnya. Ia mengungkapkan penyebab kematian ikan secara mendadak diperkirakan angin kencang terus menerus dan musim kemarau yang tengah berlangsung.
"Kalau mati, ikannya terus diangkat baru bisa dijadikan asin. Tapi kalau sudah mati beberapa hari tidak enak dimakan," kata pria 31 tahun ini.
Berdasarkan pantauan, belasan ikan mati dan terlihat di pinggir waduk Saguling di Kampung Cihamirung. Sedangkan di wilayah jembatan apung yang menghubungkan desa di Batujajar dan Saguling belum ada ikan yang mati mendadak.