REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pedagang mengeluhkan sepinya pembeli di sentra buku Pasar Kenari, Salemba, Jakarta Pusat. Salah satu pedagang buku yang mengeluhkan kondisi ini adalah Labora Sitorus.
"Ramainya pembeli hanya pada sepekan awal setelah tempat ini dibuka Gubernur Anies Baswedan pada akhir April 2019 ," katanya di Jakarta, Senin (22/7).
Setelah itu, jumlah pengunjung semakin menurun hingga saat ini atau hampir tiga bulan beroperasi. Pedagang di pasar buku ini sebagian besar berasal dari sentra buku Pasar Senen dan Kwitang, Jakarta Pusat.
Sebelumnya, pada 29 April 2019 Anies BAswedan meresmikan sentra buku baru di lantai tiga Pasar Kenari sekaligus membuka toko buku murah yakni Jakbook. Sebanyak 65 kios buku di lantai tiga dilengkapi beragam fasilitas.
Fasilitas yang disediakan seperti ruangan berpendingin udara, tempat membaca baik lesehan dengan rumput imitasi maupun meja serta kursi, pujasera makanan, bank, ruang laktasi, hingga fasilitas pendidikan anak usia dini (PAUD). Berdasarkan pantauan Antara, semua fasilitas tersebut berfungsi dengan baik.
Suasananya juga nyaman dan bersih karena tenaga kebersihan selalu bersiaga. Namun, banyak kios yang tutup. Menurut Labora Sitorus, sejak pekan kedua sentra buku di Pasar Kenari ini dibuka, banyak pedagang yang menutup kiosnya.
Para pedagang memilih berjualan di kios maupun lapak lama mereka di Pasar Senen. "Di sana penjualannya lebih menjanjikan. Saya pun masih membuka satu lapak di Pasar Senen dengan hasil penjualan yang lebih bagus dibandingkan di Pasar Kenari ini," kata Sitorus yang sudah sejak 2013 berjualan buku di Pasar Senen.
Sitorus mengatakan penjualan di Pasar Kenari hanya mencapai rata-rata sepuluh buku per hari. Sedangkan di Pasar Senen penjualan bisa mencapai 40 buku per hari.
Senada dengan Sitorus, seorang pedagang lainnya bernama Indah Suciati mengaku ramainya penjualan di Pasar Kenari hanya berlangsung pada sebulan pertama. "Setelah itu berangsur sepi. Untuk mencapai penjualan Rp 100 ribu per hari susahnya bukan main," katanya.
Padahal, lanjut Indah, di kiosnya yang lama di Pasar Senen penjualan rata-rata per hari bisa mencapai Rp 300 ribu. Menurut dia, promosi yang kurang gencar membuat sentra buku di Pasar Kenari ini sepi pembeli.
"Pada awal-awal dibuka saja promosinya gencar. Bahkan saya pernah lihat ada ada promosi dengan mobil iklan di kawasan Tugu Monas," kata Indah. Sekarang, dia sudah tidak pernah melihat promosi sentra buku Pasar Kenari lagi.
Seorang pedagang lainnya, Naomi Peda, berharap pemerintah terus gencar mempromosikan sentra buku Pasar Kenari tempat dia berjualan. "Jangan sampai karena semakin sepi, semua pedagang pindah dari tempat ini. Saking sepinya, untuk dapat terjual satu buku saja saya kesulitan," kata pedagang yang khusus berjualan buku bekas itu.
Padahal, fasilitas yang ada di lantai tiga Pasar Kenari ini sangat lengkap dan nyaman. "Jangan sampai fasilitas yang bagus di Pasar Kenari ini tidak dinikmati masyarakat karena promosi yang kurang gencar," kata wanita perantau asal Sumba, Nusa Tenggara Timur itu.