REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maskapai tidak bisa begitu saja menurunkan harga tiketnya tanpa adanya insentif yang bisa meringangankan biaya operasionalnya. Terlebih jika saat ini pemerintah merencanakan penurunan harga tiket 50 persen dari tarif batas atas (TBA) tidak hanya diterapkan pada Selasa, Kamis, dan Sabtu tetapi setiap hari.
Lion Air salah satu maskapai berbiaya hemat atau low cost carrier (LCC) yang diminta menerapkan penurunan harga tiket tersebut juga menanti insentif fiskal yang bisa diberikan pemerintah. "Contohnya dibangun banyak bengkel-bengkel di Indonesia sehingga kami maskapai tidak perlu kirim suku cadangnya ke luar negeri," kata Pemilik Lion Air Group Rusdi Kirana usai menghadiri rapat koordinasi di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian), Senin (22/7).
Dia menjelaskan, salah satunya mengenai suku cadang ban pesawat. Dia menuturkan, paling tidak pemerintah bisa memberikan solusi bagaimana bisa membuat bengkel ban pesawat di Indonesia sehingga tidak perlu dikirim ke luar negeri dan pada akhirnya akan mengurangi biaya maskapai.
"Biaya perbaikan ban tidak terlalu masalah, masalah kami adalah kami harus stok lebih tinggi karena kan ke luar negeri," tutur Rusdi.
Dengan dibangunnya bengkel pesawat di Indonesia, Rusdi menilai hal tersebut akan mengurangi beban biaya maskapai. Termasuk juga dengan perawatan suku cadang lain yang juga bia diberikan insentifnya dari pemerintah.
Untuk itu, Rusdi menegaskan jika pemerintah merencanakan adanya penurunan harga tiket pesawat setiap hari maka dibutuhkan insentif fiskal juga. Sebab, dia mengakui masyarakat membutuhkan harga tiket pesawat yang murah tidak pada hari tertentu saja.
"Karena nggak mungkin selamanya hanya seminggu tiga kali. Masyarakat juga mintanya kalau bisa jangan dipaksa jam 10 pagi mau berangkat," tutur Rusdi.