REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pencari suaka yang tinggal di lokasi penampungan bekas Kodim Jakarta Barat mengeluhkan kurangnya pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. "Airnya sedikit di sini. Waktu di Bogor banyak airnya," kata Anwar (56), pengungsi asal Pakistan, ditemui di lokasi penampungan di Jakarta, Senin (22/7).
Pria yang sudah fasih berbahasa Indonesia itu mengharapkan pemerintah menambah pasokan air bersih untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari pengungsi. Anwar sudah tinggal di Indonesia sejak 5 tahun lalu di Bogor, kemudian dipindah ke lokasi pengungsian sementara di Jalan Bedugul, Kalideres, Jakbar.
Berbeda, Adam Mohamad, pengungsi asal Sudan yang baru setahun tinggal di Indonesia, mengaku ketersediaan air bersih di lokasi pengungsian di Kalideres cukup memadai. Sebelum ditampung di bekas Kodim Jakbar Kalideres, dia sempat merasakan tinggal di Rumah Detensi Imigrasi, masih di kawasan Kalideres, Jakarta.
Di lokasi penampungan Kalideres, Adam merasa sudah cukup nyaman karena ada kamar mandi yang cukup dan tempat beribadah. "Air cukup untuk mandi, salat. Saya Muslim," kata pengungsi yang belum terlalu fasih berbahasa Indonesia itu.
Sebelumnya, sempat terjadi adu jotos antarpencari suaka di lokasi penampungan itu gara-gara berebut air untuk berwudu, Ahad (21/7). Namun, insiden itu segera berakhir setelah dua pengungsi penyebab keributan dipanggil dan didamaikan.
Sementara itu, Gozi, petugas dari PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), menyebutkan setidaknya tiga sampai empat truk tangki air bersih dikirimkan setiap harinya untuk membantu pengungsi. "Satu tangki kapasitasnya 4.000 liter. Pagi-pagi, pasti udah kosong. Ya, mungkin saking banyaknya orang," katanya.