REPUBLIKA.CO.ID, VIENNA -- Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengonfirmasi kepergian Kepala Pengawas Nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Yukiya Amano. Dia meninggal setelah berencana mengumumkan pengunduran diri akibat sakit yang dideritanya dalam beberapa tahun belakangan.
"Sekretariat Badan Energi Atom Internasional menyesal untuk menginformasikan dengan sedih tentang meninggalnya Direktur Jenderal Yukiya Amano," kata IAEA dalam sebuah pernyataan seperti dinukil laman Reuters, Selasa (23/7).
Pria yang menghenbuskan nafas terakhir di usia ke-72 tahun itu sebelumnya telah bersiap untuk meninggalkan jabatannya pada Maret lalu. IAEA mengumumkan pada September lalu bahwa Amano telah menjalani prosedur medis yang tidak ditentukan. Namun, mereka merahasiakan penyakit pasti yang merenggut nyawanya.
Kematian Amano bertepatan dengan meningkatnya tensi antara Iran dan negara barat menyusul keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait JCPOA. Perjanjian nuklir yang tercapai pada 2015 lalu itu mengekang program nuklir Iran guna menghindarkan mereka dari sanksi ekonomi internasional.
Hingga saat ini IAEA belum mengonfirmasi penggati Amano. Juru Bicara IAEA mengatakan, sekretariat saat ini tengah melakukan komunikasi dengan anggota dewan terkait posisi kosong tersebut
Duta Besar Argentina untuk IAEA Rafael Grossi disebut-sebut bakal menduduki kursi yang ditinggalkan Amano. Kepala Koordinator IAEA Cornel Feruta dari Romania juga diprediksi akan menempat jabatan kosong tersebut.
Feruta diketahui merupakan kepala staf tim yang dipimpin Amano. Meski demikian, sejumlah nama diprediksi juga akan menjadi kandidat guna menggantikan posisi Amano.
Masing-masing kandidat tentu memiliki gaya manajemen mereka sendiri. Namun, secara keseluruhan mereka diharapkan tidak akan ada perubahan besar dalam penanganan badan tersebut terhadap masalah-masalah yang paling menonjol, termasuk Iran dan potensi pengembalian ke Korea Utara, yang mengeluarkan inspektur IAEA pada tahun 2009.