REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengatakan, kemacetan di kawasan Cikini memang bagian dari proses pembangunan revitalisasi pedestrian. Menurutnya, kemacetan itu diibaratkan sebagai 'sakitnya' perkembangan.
"Ya selama konstruksi, itu namanya growing pains," ujar Anies di Gedung DPRD, Senin (22/7).
Ia meminta masyarakat bersabar menghadapi kemacetan yang terjadi di kawasan Cikini. Sebab, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memiliki program membangun infrastruktur transportasi yang dimulai untuk pejalan kaki.
Ke depan, urutan pembangunan infrastruktur transportasi di Ibu Kota akan mengutamakan untuk pejalan kaki. Kemudian sepeda dan kendaraan bebas emisi. Setelah itu angkutan umum dan barulah kendaraan pribadi.
Untuk memperbanyak jalur pejalan kaki atau pedestrian, kata Anies, memang membuat ukuran trotoar menjadi lebih lebar. Namun, Anies menuturkan, pelebaran pedestrian tak semata-mata membuat permasalahan kemacetan selesai.
Ia justru ingin membuat masyarakat lebih banyak berjalan kaki untuk berpindah dari tempat ke tempat lainnya. Sehingga masyarakat ke depan akan mengutamakan kaki sebagai alat transportasi.
Bahkan, Anies mengatakan, Pemprov DKI kini melebarkan trotoar tak hanya dilakukan di kawasan Cikini. Pelebaran trotoar dilaksanakan juga di sekitar kawasan Kasablanka.
"Jadi jalan dilebarkan itu tidak membuat masalah kemacetan selesai. Jadi justru kita ingin mendorong lebih banyak menggunakan jalan kaki," kata Anies.
Ia mencontohkan, setelah trotoar dibangun di Jalan Wahid Hasyim maka kegiatan di kawasan itu menjadi lebih hidup. Anies menegaskan, Pemprov DKI akan menjamin agar pedestrian yang sudah ditata tak disalahgunakan para pedagang kaki lima (PKL).
Kepala Dinas Bina Marga Hari Nugroho pun mengatakan bahwa kemacetan di kawasan Cikini hanya terjadi sementara. Pelebaran trotoar itu ditargetkan akan rampung pada akhir Desember 2019.
"Itu sementara, pembangun sudah pasti macet, sudah ada tulisannya 'Mohon maaf ada pekerjaan'," tutur Hari.
Ia menyebutkan, lebar trotoar 1,5 meter tak cukup untuk pejalan kaki. Berbicara ideal lebar trotoar menurutnya, sekitar 4,5 meter sampai enam meter, agar penyintas disabilitas juga ikut merasakan kenyamanan jalur pedestrian.
Hari menambahkan, di beberapa titik diantaranya Taman Ismail Marzuki, akan dibuat ruang ekspresi seperti mural yang menjadi wadah kreativitas mahasiswa. Pemprov DKI akan memanfaatkan ruang ketiga untuk spot budaya bisa juga digunakan untuk swafoto, taman, maupun skate park.