REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Angkatan Laut Iran mengamati semua kapal Amerika Serikat (AS) di wilayah Teluk. Teheran bahkan memiliki arsip gambar pergerakan mereka sehari-hari.
“Kami mengamati semua kapal musuh, terutama dari Amerika, poin demi poin dari asal mereka sampai mereka memasuki wilayah itu,” ujar Kepala Angkatan Laut Iran Laksamana Muda Hossein Khanzadi pada Selasa (23/7).
Dia mengungkapkan bahwa pergerakan semua kapal AS direkam menggunakan pesawat nirawak atau drone. “Kami memiliki gambar lengkap dan arsip besar lalu lintas harian serta momen demi momen dari pasukan koalisi serta Amerika,” katanya.
Khanzadi mengatakan Iran akan mengadakan latihan bersama angkatan laut negara-negara sekutu untuk pertama kalinya pada Maret 2020. Dia tak menyebutkan negara mana saja yang mungkin berpartisipasi dalam latihan tersebut.
Pada Kamis pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengatakan pesawat nirawak Iran telah ditembak jatuh kapal perang USS Boxer di Selat Hormuz. "Boxer mengambil tindakan defensif terhadap sebuah pesawat nirawak Iran yang telah mendekati jarak yang sangat, sangat dekat, sekitar 1.000 yard (914 meter), mengabaikan beberapa seruan untuk mundur, dan mengancam keamanan kapal serta awak kapal," kata dia.
Menurut Trump, pesawat nirawak itu pun seketika hancur. "Ini adalah yang terbaru dari banyak tindakan provokatif dan bermusuhan oleh Iran terhadap kapal yang beroperasi di perairan internasional. AS berhak membela personel, fasilitas, dan kepentingan kami," ujarnya.
Trump meminta negara-negara lain melindungi kapal mereka saat melintasi Selat Hormuz. Dia pun berharap negara-negara itu menjalin kerja sama dengan AS.
Namun, Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi membantah keterangan Trump. Dia mengklaim negaranya sama sekali tak kehilangan pesawat nirawak. “Kami tidak kehilangan pesawat tanpa awak di Selat Hormuz atau di tempat lain. Saya khawatir USS Boxer (kapal perang AS) telah menembak UAS (Unmanned Aerial System) mereka sendiri secara tidak sengaja,” kata Araqchi melalui akun Twitter pribadinya pada Jumat pekan lalu.
Hubungan AS dan Iran terus memanas dalam beberapa waktu terakhir. Terdapat beberapa penyebab, satu di antaranya adalah adanya aksi penyerangan atau sabotase terhadap sejumlah kapal tanker yang melintasi Selat Hormuz. Washington menuding Teheran menjadi dalang di balik kejadian tersebut. Iran telah membantah tuduhan itu.
Eskalasi pun terjadi setelah Iran memutuskan menangguhkan satu per satu komitmennya dalam kesepakatan nuklir atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Teheran diketahui telah melakukan pengayaan uranium melampaui batas yang ditentukan dalam perjanjian tersebut.
Pengayaan uranium Iran membuat AS cukup gusar. Washington diketahui telah hengkang dari JCPOA pada Mei tahun lalu. Ia menerapkan sanksi ekonomi berlapis kepada Iran dan memaksa negara itu agar bersedia merundingkan ulang kesepakatan JCPOA. Namun Teheran enggan tunduk dan memenuhi tuntutan AS.