REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan, berdasarkan analisa BMKG menunjukan adanya tren peningkatan suhu udara sebesar 0,5 derajat celcius pada 2030 nanti. Hal ini disampaikannya saat membuka rakornas BMKG di Istana Negara, Jakarta, Selasa (23/7).
“Sebagai negeri kepulauan maritim yang berada di atas lempeng tektonik aktif, cuaca dan iklim ekstrem datang silih berganti dengan gempa dan tsunami bahkan big data analytics BMKG menunjukkan tren peningkatan suhu udara sebesar 0,5 derajat celcius dari kondisi saat ini di Indonesia pada tahun 2030 nanti,” jelas Dwikorita.
Tak hanya itu, ia juga menyebut Indonesia akan mengalami peningkatan kekeringan hingga 20 persen dari kondisi saat ini. Kasus kekeringan ini terjadi di sejumlah wilayah di antaranya yakni di Sumatera Selatan, sebagian besar pulau Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Sedangkan pada musim hujan, juga diprediksi akan terjadi peningkatan jumlah hujan lebat hingga ekstrem hingga 40 persen.
“Pada musim hujan, jumlah hujan lebat hingga ekstrem juga cenderung meningkat hingga 40% dibandingkan saat ini,” ucapnya.
Kondisi tersebut pun membutuhkan langkah antisipasi dari pemerintah sehingga dapat mengurangi dampak bencana pada masyarakat. Karena itu, lanjut Dwikorita, diperlukan terobosan dan berbagai inovasi yang berbasis pada big data analytics dan artificial inteligent.
Selain itu, ia mengatakan, BMKG harus bekerja secara tepat dan akurat memberikan informasi kepada masyarakat terkait fenomena cuaca iklim dan kegempaan yang semakin kompleks.