REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Hanif Dhakiri menjelaskan, terdapat empat isu terpenting yang harus diperhatikan dalam dunia kerja di masa mendatang.
Pertama, ekosistem ketenagakerjaan yang terlalu rigid atau kaku. Ia mendeskripsikannya seperti kanebo kering yang sulit untuk dikembangkan.
Hanif menjelaskan, salah satu buktinya adalah kesulitan dalam mencari skilled worker atau pekerja yang memiliki keahlian. Per hari ini, 57 persen dari total angkatan kerja yang mencapai 136 juta merupakan lulusan SD dan SMP.
"Selain itu, level mismatch di atas 50 persen," tuturnya dalam acara Indonesia Development Forum (IDF) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (23/7).
Dalam kondisi tersebut, Hanif menjelaskan, industri akan kesulitan mencari calon tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan memiliki kualitas baik. Apalagi, persebarannya pun terbatas, di mana lebih dari 80 persen tenaga kerja terampil tersebut hanya berada di Jawa, Sumatra dan Bali.
Artinya, Hanif menuturkan, yang harus diperbaiki pertama adalah ekosistem. Dari semula bersifat kaku, wajib menjadi lebih fleksibel. "Sebab, dunia pun kini semakin fleksibel," katanya.
Fleksibilitas itu disebabkan perkembangan teknologi informasi yang cepat, sehingga memaksa industri untuk terus berkembang. Hanif menjelaskan, industri eksisting harus melakukan transformasi ke pola baru yang mengikuti perkembangan zaman.
Dampaknya, jenis pekerjaan yang dibutuhkan pun akan berubah. Tidak menutup kemungkinan pekerjaan lama akan mati, namun banyak jenis pekerjaan baru yang muncul. Hanif mengatakan, konsekuensinya adalah pemetaan pasar kerja ke depan menjadi lebih penting.
Isu kedua, transformasi pasar kerja juga harus didorong untuk lebih aktif. Pemerintah juga didorong untuk melakukan intervensi agar pertemuan antara permintaan dan ketersediaan lebih efektif, efisien dan cepat.
Isu berikutnya, Hanif menjelaskan, pengembangan kemampuan dari stagnan menjadi adaptif. Apabila skill sumber daya manusia (SDM) Indonesia tidak bergerak, maka mereka akan sulit mencari pekerjaan.
"Begitupun dengan industri yang harus terus meningkatkan skil," ucapnya.
Dalam dunia yang penuh dengan kompetisi, Hanif menggambarkan, tidak perlu lagi melakukan kesalahan untuk ‘mati’. Seseorang ataupun industri yang diam saja dan tidak melakukan pengembangan, pasti ‘mati’.
Isu terakhir yang disebutkan Hanif adalah jaminan sosial. Skema perlindungan memadai, terutama untuk SDM dan industri produktif, harus terus diberikan. "Kalau tadinya untuk yang terbatas, sekarang harus benar didorong inklusif," ujarnya.