REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Grup musik RAN mencoba keluar dari zona nyaman dalam bermusik. RAN mencoba banyak hal baru mengeksplorasi konsep "Space Continuum" dalam pertunjukan musiknya.
RAN yang beranggotakan Rayi, Asta, dan Nino itu pertama kali memperlihatkan konsep "Space Continuum" di panggung We The Fest 2019 lalu, yang merupakan sebuah metafora perjalanan musik RAN dari 2006 yang terangkum dalam seni pertunjukan selama 60 menit. Konsep itu bercerita tentang umat manusia yang sedang mencari habitat baru karena bumi tercemar, rusak, dan sudah tidak bisa dihuni lagi.
Dalam pencariannya, akhirnya manusia menemukan sebuah planet yang bisa dihuni, yaitu Planet Waldor. Namun, penduduk planet tersebut menolak keras kedatangan manusia
"Kami juga sengaja membawa isu lingkungan ke dalam cerita ini sebagai pengingat buat kita semua bahwa bumi bisa saja rusak dan tidak bisa dihuni kembali kalu kita tidak segera mengubah kebiasaan buruk dalam kehidupan sehari-hari," ujar Rayi dalam keterangan pers yang diterima Antara, Selasa.
RAN juga mengajak kolaborasi seniman lintas sektor, seperti Muklay seorang seniman modern kontemporer sebagai art director dan Olivia Kristianti, seorang designer muda yang bersama Andre Panaga diberi tanggung jawab untuk menyiapkan seluruh kostum di atas panggung. Salah satu momen yang paling menggemparkan adalah munculnya Ramengvrl, seorang rapper wanita yang saat ini sedang naik daun membawakan lagu kolaborasi yang belum dirilis.
"Ini adalah momen pertama kami membawakan lagu kolaborasi RAN dengan Ramengvrl yang tak lama lagi akan dirilis. Untuk ukuran lagu yang mereka belum pernah dengar sama sekali, responsnya begitu luar biasa tak terduga. Semoga ini menjadi pertanda yang baik," ujar Asta
Konsep "Space Continuum" tersebut rupanya disambut antusias oleh para penggemar RAN yang juga berharap bisa dibawakan saat melakukan tur konser ke kota-kota lain, agar mereka bisa ikut merasakan pengalaman baru tersebut.