REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis), Ustaz Jeje Zaenudin menilai penting buku Moderasi Beragama.
"Saya sangat setuju dengan pentingnya buku induk tentang Moderasi Beragama di Indonesia, sebagai salah satu hasil curah gagasan dan sharing pemikiran antar tokoh umat beragama," kata Ustaz Jeje kepada Republika, Selasa (23/7).
Dia juga mengingatkan, buku Moderasi Beragama bukan untuk dijadikan seperti kitab suci yang luput dari kesalahan. Buku tersebut hanya sebagai bagian dari ikhtiar mencari titik temu pemikiran berbagai pandangan tokoh agama-agama tentang model beragama, bukan model agama.
Dia menjelaskan, buku Moderasi Beragama tentang model beragama dalam kaitannya membangun kesepahaman dan kebersamaan. Untuk hidup bersama dalam suasana rukun dan damai dengan melaksanakan ajaran agama masing-masing secara benar.
Sementara Ketua Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU), KH Marsudi Syuhud menyampaikan, buku Moderasi Beragama perlu merinci batasan terkait hal-hal yang dianjurkan dan dilarang dalam kehidupan beragama. Upaya merinci tersebut sebagai wujud saling menghormati di antara pemeluk agama.
"Saya harapkan buku itu sampai mencakup tentang mana yang bisa kita bersama-sama, dan mana yang tidak bisa bersama-sama (dengan pemeluk agama lain)," kata Kiai Marsudi.
Dia juga menjelaskan bahwa tiap agama memiliki pembedanya. Pembeda di antara agama-agama yang ada di Indonesia tidak perlu disamakan. Karena itu buku tersebut perlu memperjelas pembeda tersebut, sehingga seorang pemeluk agama mengetahui batasan sebagai bentuk menghormati pemeluk agama lain.
Kementerian Agama (Kemenag) sedang membuat buku Moderasi Beragama yang akan dipublikasikan pada awal September 2019.