Rabu 24 Jul 2019 12:59 WIB

SPBU di Korsel Tolak Isi Bahan Bakar Mobil Jepang

Sentimen anti-Jepang menguat di Korsel.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Pemrotes Korea Selatan (Korsel) menggunting foto Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dalam protes mengecam Jepang yang membatasi ekspor ke Korsel di depan Kedubes Jepang di Seoul, Korsel, Selasa (23/7).
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Pemrotes Korea Selatan (Korsel) menggunting foto Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dalam protes mengecam Jepang yang membatasi ekspor ke Korsel di depan Kedubes Jepang di Seoul, Korsel, Selasa (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) di Korea Selatan (Korsel) menolak mengisi atau melayani mobil Jepang. Aksi ini sebagai bagian dari boikot yang terus meningkat terhadap barang-barang Jepang yang dipicu ketegangan perdagangan dan politik.

Komentar di situs Korea Oil Station Association awal bulan ini menyerukan SPBU bergabung dalam protes dengan menolak melayani pelanggan yang mengendarai mobil Jepang. Pada 19 Juli sebuah aliansi bengkel mengumumkan tidak akan memperbaiki mobil dari Jepang.

Baca Juga

Salah satu pemilik SPBU mengatakan dia seperti melihat bendera Jepang setiap kali berhadapan dengan mobil Jepang. Sementara yang lain menyatakan kampanye akan menakuti mereka yang tertarik membeli mobil Jepang.

Namun, beberapa khawatir kampanye itu membuat orang Korea saling melawan.  "Perang tidak akan pernah dimenangkan jika kita tidak tahu apakah yang kita tuju teman atau musuh kita," tulis outlet berita online E Today, dilansir di Guardian, Rabu (24/7).

"Korban dari SPBU yang menolak mengisi mobil Jepang bukanlah pemerintah Jepang, tetapi pemilik mobil. Jika orang tidak menggunakan pompa bensin, korbannya bukan pemerintah Jepang tetapi pemilik pompa bensin," katanya.

Boikot juga termasuk pada bir Jepang, dan bahkan tiket untuk film anime Butt Detective: The Movie juga terpengaruh. Selain itu, ada demonstrasi di luar kedutaan Jepang di Seoul. Beberapa orang khawatir aksi ini membuat orang Korea saling bermusuhan.

Sentimen anti-Jepang menguat sejak Jepang mengumumkan membatasi ekspor bahan yang digunakan dalam pembuatan semikonduktor, sebuah industri utama di Korea, pada 1 Juli lalu. Sejak saat itu, kedua negara tetangga tersebut saling tuduh.

Penjualan bir Jepang di Korea dilaporkan turun sebanyak 40 persen pada pekan lalu, dengan penjualan bir impor lainnya meningkat. Dilaporkan penjualan bir Korea hanya tumbuh 2,8 persen selama periode tersebut, menunjukkan bahwa patriotisme pun ada batasnya.

Pemesanan untuk perjalanan ke Jepang turun hingga 70 persen. Agen perjalanan melaporkan pembatalan liburan yang dipesan sebelumnya mencapai 50 persen.

Butt Detective: The Movie, sebuah spin-off dari serial anime populer yang menampilkan seorang detektif juga terkena imbasnya. Dirilis di Korea pada 11 Juli, film itu memiliki maksimum 10 bintang di situs ulasan di negara itu, tetapi kemudian menjadi sasaran unggahan yang menyerukan boikot film Jepang.

"Kami saat ini sedang mengurangi pemasaran atau acara promosi untuk memenuhi sentimen publik dan mempertimbangkan kepentingan publik," ucap seorang perwakilan dari distributor film Korea kepada Korea Biz Wire.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement