REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paras cantik merupakan anugerah bagi perempuan. Sebagian perempuan memiliki wajah cantik dibandingkan lainnya. Namun, wajah yang elok saja tak cukup. Perempuan Muslim tak seharusnya terpaku pada kecantikan wajah, tetapi pada kecantikan budi yang menuntunnya menjadi perempuan salehah.
"Allah tak melihat pada bentuk fisik dan harta hamba-Nya, tetapi melihat hati dan amal perbuatannya," kata Rasulullah dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim. Menurut Ibnu al-Qayyim, dengan perbuatan baik seorang perempuan akan mampu mempercantik batinnya.
Kecantikan batin, ucap dia, membuat bentuk fisik terlihat lebih cantik, walaupun paras dan fisik perempuan itu tak cantik. Itu akan terjadi sesuai dengan kadar kecantikan batin seorang perempuan Muslim. Abd al-Qadir Manshur dalam bukunya, Buku Pintar Fikih Wanita, mengatakan, sebaiknya perempuan menekankan juga pada kecantikan batin.
Sebuah nikmat yang besar jika perempuan Muslim berwajah cantik namun tak melupakan kecantikan batinnya. Ia tak menggunakan kecantikan itu untuk berbangga diri, bahkan membuatnya lalai bersyukur kepada Allah. "Jika kecantikan itu digunakan untuk bermaksiat, Allah akan menimpakan kehinaan kepadanya," kata Manshur.
Rasulullah, jelas dia, meminta umatnya untuk mengimbangi kecantikan dan kebagusan fisiknya dengan perilaku yang baik dan ketaatan yang tinggi. Beliau menyatakan, umatnya diberi Allah fisik yang bagus dan sudah sepantasnya mereka memperbagus akhlaknya.
Dengan demikian, seorang perempuan yang mensyukuri kecantikan dirinya dengan mengabdi kepada Allah, maka perempuan itu telah beruntung. "Mereka yang menggunakan untuk hal yang bertentangan dengan hukum Allah, maka akan merugi dan menanggung dosa," kata Manshur.
Tak heran jika Nabi Muhammad pernah mengatakan, sebaik-baik manfaat yang diperoleh seorang Muslim adalah perempuan yang cantik, yaitu yang membuatnya senang jika dipandang, menurutinya jika diperintah, serta mampu menjaga harta dan dirinya jika ditinggal pergi oleh suaminya.
Perempuan yang mampu menjaga dirinya, salah satunya dilakukan dengan menundukkan pandangan. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, yang dikutip Haya binti Mubarok al-Barik pada bukunya, Ensiklopedi Wanita Muslimah, menundukkan pandangan berarti menunaikan perintah Allah.
Tak ada manusia yang bahagia, kecuali dengan menjalankan perintah-Nya. Menundukkan pandangan akan menguatkan hati, melepaskan hati dari tawanan syahwat, serta mengosongkan hati dari kemaksiatan. Hal lainnya yang bisa dilakukan oleh perempuan adalah tak melakukan tabarruj.
Haya menyatakan, tabarruj adalah tindakan yang seharusnya ditutupi oleh seorang perempuan di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya. Itu meliputi perhiasan yang dipakainya serta bagian-bagian dari dirinya yang menawan hati orang lain dan menjurus pada kemaksiatan.
Syekh al-Maududi menjelaskan, tabarruj memiliki beberapa pengertian, di antaranya menampakkan bagian-bagian tubuh yang membangkitkan birahi di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya, dan memamerkan diri dan berjalan berlenggak-lenggok di depan lelaki yang bukan mahram.