Rabu 24 Jul 2019 18:21 WIB

Sumber Daya Perikanan Rawapening Kian Terancam

Selain berukuran besar, ikan Tomang ini juga memangsa ikan-ikan yang lebih kecil.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Warga membersihkan akar gulma dan ganggang yang telah mati di area genangan danau Rawapening.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Warga membersihkan akar gulma dan ganggang yang telah mati di area genangan danau Rawapening.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Pemanfaatan sumber daya perikanan di kawasan danau Rawapening di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, saat ini tengah menghadapi sejumlah persoalan yang dapat mengganggu keseimbangan sosial perekonomian warga yang ada di sekitarnya.

Selain daya dukung lingkungan, sumber daya perikanan yang ada di danau alam ini juga terus terancam oleh tingginya populasi enceng gondok, yang kian menutup luasan permukaan air danau.

Di sisi lain, ancaman kepunahan spesies ikan habitat asli Rawapening akibat populasi ikan predator, turut menyumbang terganggunya produktivitas perikanan yang ada di kawasan danau tersebut.

“Dulu saat musim ikan bagus, hasil tangkapan ikan di sini juga melimpah. Namun sekarang banyak persoalan di Rawapening ini,” kata Penyuluh Perikanan Kecamatan Banyubiru, Yuliana Purwaningsih, di sela penebaran bibit ikan yang dilakukan Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Semarang, di Dermaga Bukit Cinta, Kelurahan Kebondowo, Kecamatan banyubiru, Kabupaten Semarang.

Ia mengungkapkan, kendala yang dihadapi warga yang selama ini mengandalkan sumber daya perikanan di Rawapening adalah penanganan ikan Tomang, sejenis ikan predator yang cukup mengganggu keberlangsungan sumber daya perikanan di danau ini.

Selain ikannya berukuran besar, ikan Tomang ini juga memangsa ikan-ikan yang lebih kecil, sehingga sangat mempengaruhi populasi ikan serta produktivitas perikanan yang ada di kawasan danau Rawapening ini.

Upaya untuk menjaga sumber daya perikanan yang ada di Rawapening juga sudah dilakukan oleh berbagai pihak termasuk oleh Dinas Perikanan provinsi maupun kabupaten. Antara lain dengan menebar benih ikan seperti tawes, Grass Carp (graskap), maupun benih ikan Nila.

Namun keberlangsungan benih ikan tersebut juga terganggu karena dimangsa oleh ikan Tomang. “Sejauh ini, dinas terkait dan masyarakat di sekitar Rawapening ini belum mampu menangani persoalan ikan predator tersebut,” ungkap Yuliana, saat memberikan paparan di hadapan Kepala BKIPM Semarang, Raden Gatot Perdana.

Ia juga mengatakan, terkait dengan penanganan tingginya populasi gulma air enceng gondok di Rawapening, sebenarnya telah dilakukan oleh Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana.

Ada beberapa alat yang ditempatkan di sejumlah titik untuk membersihkan enceng gondok yang menutup permukaan air danau Rawapening ini. Namun upaya tersebut juga belum tampak optimal.

Karena setelah enceng gondok telah didorong ke pinggir danau, saat kena tiupan angin kencang kembali menyebar dan terbawa ke tengah lagi. “Sehingga, masih sulit membersihkan enceng gondok dengan tuntas,” tegasnya.

Yuliana juga mengungkapkan, di Rawapening kini menjadi habitat jenis ikan Belida. Namun warga sekitar Rawapening hingga saat ini belum mampu mengolah ikan tersebut.

Sejauh ini, tangkapan ikan Belida ini dagingnya difillet oleh Unit Pengolahan Ikan (UPI) di Temanggung dan dagingnya fillet tersebut dijual ke Palembang, Sumetera Selatan. “Hanya kulit ikan ini yang ‘kembali’ ke Rawapening untuk dibuat keripik kulit ikan,” tambahnya.

Persoalan lain yang masih menjadi ‘pekerjaan rumah’ di Rawapening, masih jelas Yuliana, adalah banyaknya branjang serta karamba budi daya ikan yang tersebar tak beraturan di permukaan danau tersebut.

Upaya untuk menata kembai branjang dan karamba tersebut juga mengalami kesulitan karena banyak sekali karamba yang bukan milik warga. “Kebanyakan mereka membuat kemudian disewakan,” ujar dia.   

Sementara itu, guna mendukung pemanfaatan sumber daya perikanan yang berkelanjutan, BKIPM Semarang melakukan restocking benih ikan di danau Rawapening. Upaya BKIPM Semarang itu diwujudkan melalui penebaran 50 ribu ekor benih ikan di perairan Rawapening.

Kepala BKIPM Semarang, Raden Gatot Perdana mengatakan, Rawapening dipilih karena masyarakat setempat (para nelayan/penangkap ikan) cukup proaktif dalam menjaga perairan dan sumber daya perikanan yang ada di dalamnya.

Melalui penebaran benih ikan ini harapannya agar benih ikan ini akan berkembang dengan baik, populasi ikan bisa kembali bertambah sehingga mampu memberikan nilai keekonomian kepada warga di sekitar Rawapening tersebut.

Sehingga perekonomian dan kesejahteraan masyarakat yang ada di sekitar danau ini akan lebih baik lagi. Karena benih ikan yang ditebar, seperti tawes, graskap, dan lainnya ini, memiliki nilai ekonomi yang bisa dimanfaatkan warga.

“Dengan catatan, masyarakat juga ikut menjaga lingkungan Rawapening dan ikut merawat benih ikan ini agar tumbuh dan berkembang hingga nanti bisa dimanfaatkan oleh warga,” katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement