REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara menginformasikan bahwa sudah 15 desa di wilayah setempat yang terdampak kekeringan dan mengalami krisis air bersih.
"Jumlah desa yang mengalami kekeringan terus bertambah, pada saat ini ada 15 desa yang terdampak kekeringan," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Banjarnegara, Arief Rahman di Banjarnegara, Rabu (24/7).
Ia menyebutkan sebanyak 15 desa tersebut antara lain Desa Kalitengah, Desa Karanganyar, Desa Kaliajir, Desa Merden, Desa Petir, Kecamatan Purwanegara. Selain itu, Desa Jalatunda, Desa Somawangi Kecamatan Mandiraja, Desa Karangjati Kecamatan Susukan, dan Desa Sirkandi Kecamatan Purwareja Klampok mengalami kekeringan. Desa lainnya yang mengalami kekeringan yaitu Desa Kebutuhjurang, Desa Kebutuhduwur, Desa Lebakwangi, Desa Duren, Kecamatan Pagedongan, Desa Kebondalem Kecamatan Bawang, dan Desa Ampelsari Kecamatan Banjarnegara.
Menurut dia, jumlah tersebut masih bisa bertambah mengingat musim kemarau akan memasuki puncaknya pada bulan Agustus mendatang. Untuk itu, pihaknya terus menyiagakan personel dan mobil tangki air yang siap mendistribusikan air bersih kepada masyarakat yang membutuhkan.
Sebelumnya, Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono mengajak masyarakat untuk berperan aktif mengantisipasi kekeringan di wilayahnya masing-masing. Bupati juga mengimbau masyarakat di wilayah setempat untuk menghemat penggunaan air dan mengoptimalkan sumber air.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan wilayah Kabupaten Banjarnegara akan memasuki puncak musim kemarau pada bulan Agustus 2019. Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara) Setyoajie Prayoedhi mengatakan, tren curah hujan di wilayah Banjarnegara dan kabupaten lain di sekitarnya terus mengalami penurunan karena wilayah ini sudah mulai memasuki musim kemarau sejak awal bulan Juni 2019. BMKG, kata dia, ikut mengajak masyarakat bijak menggunakan air guna mengantisipasi dampak kekeringan.