REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Kekeringan maupun gagal panen (puso) yang melanda areal tanaman padi di Kabupaten Indramayu pada musim kemarau saat ini semakin meluas. Kerugian yang dialami petani akibat kondisi itupun mencapai puluhan miliar rupiah.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, Takmid menjelaskan, berdasarkan data per 17 Juli 2019, luas areal tanaman padi yang mengalami kekeringan di Kabupaten Indramayu mencapai 14.100 hektare. Dari jumlah itu, sebanyak 12 ribu hektare masuk kategori kekeringan berat, sedang dan ringan.
‘’Sedangkan sisanya yang mencapai 2.100 hektare, telah mengalami puso,’’ ujar Takmid, saat ditemui di sela kegiatan Ekspo Peternakan dan Lomba Ternak Jabar 2019 di GOR Singalodra Indramayu, Rabu (24/7).
Adapun areal tanaman padi yang sudah mengalami puso itu di antaranya tersebar di Kecamatan Kandanghaur, Losarang, Gabuswetan, Kroya dan Gantar. Takmid menambahkan, selain tanaman yang sudah mengalami kekeringan, saat ini banyak pula tanaman padi yang terancam kekeringan. Dia menyebutkan, tanaman padi yang terancam kekeringan saat ini mencapai sekitar 10.500 hektare.
Kondisi tanaman yang kekeringan dan puso itu dipastikan akan terus bertambah jika tidak ada pasokan air dalam waktu dekat. Takmid mengatakan, jika luas areal kekeringan saat ini yang mencapai 14.100 hektare dan ditambah luas areal yang terancam kekeringan sebanyak 10.500 hektare, maka sudah mencapai 24.600 hektare. Menurutnya, kondisi itu hampir sama seperti kekeringan pada 2015.
Pada 2015, luas lahan yang kekeringan mencapai 29 ribu hektare. Dari jumlah itu, luas lahan yang puso mencapai 21 ribu hektare.
Takmid mengungkapkan, kondisi puso saat ini telah membuat produksi padi di Kabupaten Indramayu pada musim gadu 2019 menjadi berkurang. Dengan tingkat produksi padi yang rata-rata mencapai enam ton per hektare dan luas puso 2.100 hektare, maka produksi padi yang hilang sedikitnya mencapai 12.600 ton.
‘’Jika dikalikan dengan HPP GKP (gabah kering panen) senilai Rp 4.070 per kg, maka kerugian yang dialami petani akibat puso saat ini sudah sekitar Rp 51 miliar,’’ kata Takmid.
Sementara itu, kekeringan yang melanda areal persawahan di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, membuat para petani di daerah itu menangis. Mereka harus menempuh cara lain agar tetap dapat memperoleh penghasilan.
‘’Sawahnya kan kekeringan, petani mau dapat uang dari mana?,’’ tutur Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono.
Waryono menyatakan, untuk para buruh tani, mereka memilih untuk alih profesi. Sedangkan untuk petani kecil dengan modal pas-pasan, memilih menjual lapisan atas tanah yang ada di sawahnya untuk dijadikan bata merah. Permukaan atas tanah sawah mereka memang sudah sangat kering dan retak-retak akibat kekeringan.