REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ajaran Islam mulai bersemi di Kenya ketika orang-orang Arab mendiami pantai di Afrika bagian timur, mulai dari Somalia hingga ke Mozambik. Mereka adalah pedagang Arab perintis yang datang pada abad ke-8. Penyebaran Islam dilakukan melalui pernikahan. Para saudagar Arab itu (Shirazi) menikah dengan orang lokal (Bantu) yang kemudian menganut agama Islam.
Dari pernikahan kedua budaya tersebut lahirlah bangsa Swahili yang kemudian berbahasa Bantu bercampur Arab. Bukti nyata awal kedatangan Islam di Kenya adalah sebuah yayasan masjid di Lamu dan penemuan koin emas dan perak yang berasal dari tahun 830 M.
Bukti lainnya, sudah ada komunitas Muslim ditemukan di Pulau Manda pada abad ke-10. Penjelajah Maroko, Ibnu Batuta, mengunjungi pantai timur Afrika pada 1331 dan menemukan kehadiran Islam yang kuat di sana. Ia berkata, Mereka adalah penduduk yang saleh, terhormat, jujur, dan mereka mempunyai masjid yang terbuat dari kayu.
Selain kedua bukti di atas, ada laporan yang menunjukkan Islam dibawa ke negara itu oleh dua kepala suku Arab dari Oman, Sulaiman dan Said. Mereka dilaporkan telah melarikan diri dari daerah mereka bersama keluarga dan para pendukung, setelah menolak tunduk kepada Khalifah Abdul Malik bin Marwan.
Mereka mendarat di Pate, salah satu pulau di Kepulauan Lamu. Orang-orang Arab yang tiba di Afrika bagian timur membentuk kelompok-kelompok kecil dan berinteraksi dengan penduduk setempat. Mereka berusaha mempertahankan budaya mereka di Arab.
Penduduk asli mendengar tentang agama Islam melalui percakapan dalam perdagangan. Islam tumbuh melalui penyerapan individu ke dalam komunitas Afro-Arab. Alih-alih Islamisasi, mereka justru lebih menciptakan eswahilisasif.