REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari abad ke-12 hingga ke-15 M, kota-kota Muslim berkembang di pantai timur Afrika, baik dalam pembangunan, ekonomi, sosial, maupun keagamaan. Sementara daerah lain masih berbentuk hutan belantara, kotakota Muslim ini berkembang dengan pesat.
Pada 1331, Ibnu Batuta mengunjungi Mombasa yang ia gambarkan sebagai kota dengan banyak jalanan dan bangunan bertingkat. Pada abad ke-15, seorang laksamana terkenal Dinasti Ming, Cheng Ho, mengunjungi Malindi. Saat itu, kota itu tengah mencapai puncak keemasannya.
Tak hanya Malindi yang berkembang pesat, Zanzibar, Kilwa, dan Sofala juga mejadi kota yang tumbuh pesat. Sayangnya, kota-kota ini hancur akibat kedatangan Portugis pada abad ke-15 M. penjajah Portugis telah menciptakan kerusakan yang luar biasa terhadap kotakota tersebut. Bangunan diruntuhkan dan kota dibakar habis.
Selama dua abad lamanya, Portugis bercokol di Kenya. Kekuatan militer Arab Omani berhasil merebut kembali wilayah Kenya setelah mengusir Portugis pada abad ke-17 dari daerah timur Afrika dan Mozambik. Setelah berhasil mendepak Portugis, umat Islam kembali bangkit dan menanamkan pemerintahannya di bawah perintah Omani.
Mereka melakukan konsolidasi terhadap peraturan mereka, ketika Sayyid Said memindahkan ibu kota dari Muskan ke Zanzibar pada 1840. Di bagian timur laut negara yang dihuni oleh orang yang berbahasa Somalia, Islam datang dari Somalia utara.
Kemudian, Islam menyebar ke daerah Borana, Gabra, Rendile, dan daerah di bagian utara Kenya. Selama berabad-abad Islam berhasil menjadi sebuah fenomena di sepanjang pantai timur dan daerah timur laut Afrika. Namun, tidak ada usaha untuk menyebarkan Islam ke daerah pedalaman.
Ada resistensi yang kuat terhadap Islam oleh masyarakat yang hidup di pedalaman. Resistensi disebabkan konversi agama tersebut adalah tindakan individual yang akan menyebabkan penghilangan keanggotaan dan adat-istiadat dalam suku. Integrasi ke dalam komunitas Muslim merupakan hal yang berlawanan dengan penerimaan kehidupan secara sosial.
Di bagian barat Kenya, pedagang dari Tanganyika datang untuk memperkenalkan Islam di Mumias. Kepala Suku Mumias, Nabongo Mumia, mengucapkan syahadat bersama tiga saudaranya Kadima, Mulama, dan Murunga di depan Syarif Hasan Abdalla. Selanjutnya Islam juga menyebar di daerah Kakamega, Kisumu, Kisii, dan Bungoma.
Islam di Afrika bagian timur berbeda dengan Islam di seluruh Afrika. Tidak seperti di Afrika bagian barat, Islam berintegrasi dengan komunitas lokal, Islam di Afrika bagian timur menjadi sesuatu yang asing. Muslim Arab yang menetap di negara itu seolah-olah sedang hidup di Timur Tengah.