Kamis 25 Jul 2019 12:34 WIB

Keharmonisan Agama Kunci Pembangunan Kalimantan Tengah

Dalam tiga tahun terakhir, harmoni antarumat agama di Kalimantan Tengah terawat baik

Rep: Muhyiddin/ Red: Hasanul Rizqa
Kerukunan antar Umat Beragama. (ilustrasi)
Foto: www.cathnewsindonesia.com
Kerukunan antar Umat Beragama. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA -- Dalam membangun Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Gubernur Sugianto Sabran mengutamakan keamanan warganya. Salah satunya dengan menjaga kemajemukan untuk terciptanya keharmonisan antarumat beragama.

Menurut dia, keharmonisan agama dan suku menjadi kunci pembangunan Kalteng. Dia menyebutnya dengan slogan "BERKAH", yakni Bermartabat, Elok, Religius, Kuat, Amanah, dan Harmonis.

Baca Juga

"Keragaman harus dijaga itu baik suku maupun agama, makanya ada Kalteng Berkah itu. Itu kan bermartamabat, elok, religius, kuat, amanah dan harmonis. Nah harmonis yang terkahir ini yang saya pakai," ujar Sugianto saat wawancara khusus dengan Republika.co.id di Istana Isen Mulang (IIM), Rumah Jabatan Gubernur, Kota Palangka Raya, Rabu (24/7).

Secara administratif, Provinsi Kalimantan Tengah terdiri atas13 kabupaten dan satu kota. Menurut Sugianto, Kalteng memiliki luas setengah kali pulau Jawa dan dihuni oleh 2,6 juta penduduk dengan agama dan suku yang bermacam-macam, ada orang Banjar, Melayu, Dayak Asli, Jawa, dan Bugis.

"Mengenai agama, Kalteng ini agama Islam itu berada di angka 74 koma sekian persen. Agama Nasrani ada 18 persen. Nah agama Kaharingan ada 8 persen,, sisanya ada agama lain," ucapnya.

Selama tiga tahun kepemimpinannya, menurut dia, secara kasat mata harmoni antar umat beragama dan suku berlangsung dengan baik. Namun, hubungan antar suku maupun agama tersebut harus terus dikelola dengan baik. 

"Karena itu, pemerintah harus bisa mengatur supaya kekuatan agama suku ini menjadi kekuatan untuk membangun Kalteng untuk menatap kalau kalteng itu berkah tadi," katanya.

Dalam membangun keragaman, Sugianto merangkul berbagai ormas keagaman seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, LDII, dan ormas agama lainnya. Dia juga merangkul organisasi-organisasi kedaerahan yang ada di Kalteng, seperi organisasi dayak dan peguyuban-peguyuban lainnya yang datang dari pulau luar Kalimantan.

"Semuanya kita menyatu dan alhamdulillah baik semuanya untuk ujung tombak kita membangun Kalteng yang berkah tadi," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement