Kamis 25 Jul 2019 16:53 WIB

34 Desa di Purbalingga Sudah Alami Krisis Air Bersih

BPBD juga telah mengirimkan bantuan air bersih sebanyak 360 tangki.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Andi Nur Aminah
Krisis air bersih (ilustrasi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Krisis air bersih (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PUBRALINGGA -- Dibanding dengan kabupaten lain di Jawa Tengah, Kabupaten Purbalingga mungkin menjadi kabupaten yang paling luas terkena dampak kekeringan. Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Purbalingga, Muhsoni, menyebutkan hingga akhir Juli ini, sudah ada 34 desa yang terdampak kekeringan.

Dengan jumlah desa sebanyak itu yang terdampak, BPBD juga telah mengirimkan bantuan air bersih sebanyak 360 tangki. Pengiriman air sebanyak itu, sebagian besar dilakukan BPBD, sedangkan sebagian lainnya dilakukan oleh PMI Purbalingga.

Baca Juga

 

"Mungkin dibanding kabupaten lain di eks Karesidenan Banyumas, jumlah desa terdampak dan jumlah pengiriman air bersih di Purbalingga menjadi yang paling tinggi hingga saat ini," jelas Muhsoni, Kamis (25/7).

Berdasarkan data, di Kabupaten Banyumas memang baru 22 desa di 12 kecamatan yang terdampak kekeringan. Terhadap 22 desa tersebut, hingga saat ini BPBD Banyumas telah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak sekitar 200 tangki air.

Sedangkan di Kabupaten Cilacap, sejauh ini ada 29 desa di 12 wilayah kecamatan yang juga terdampak kekeringan. Namun dibanding kabupaten lain di eks Karesidenan Banyumas, penyaluran air bersih pada desa-desa terdampak baru sekitar 112 tangki air.

Meski saat ini sudah cukup banyak desa yang terdampak kekeringan, namun Muhsoni memperkirakan jumlah desa yang akan terdampak selama beberapa waktu ke depan akan semakin banyak. "Musim kemarau baru akan berakhir sekitar dua bulan lagi. Kami perkirakan, jumlah desa yang mengalami kekeringan saat ini baru separuhnya," katanya.

Dia menyebutkan, berdasarkan data kemarau tahun 2018 lalu, terdapat 75 desa di 15 kecamatan yang mengalami krisis air bersih. Sementara kemarau yang terjadi tahun lalu, lebih pendek dibanding tahun 2019 ini.

Meski demikian dia menyebutkan, pada prinsipnya BPBD akan berupaya untuk terus menyalurkan bantuan air bersih hingga kemarau berakhir. "Saat ini kami memiliki enam armada truk tangki yang setiap hari kami kerahkan untuk mengirim air bersih. Setiap truk tangki, ada yang melakukan pengiriman air sebanyak dua kali sehari, tapi ada juga yang sampai enam kali sehari, tergantung jarak sumber air hingga lokasi desa pengiriman," katanya. 

Salah satu rute yang cukup jauh dalam pengiriman air bersih, adalah pengiriman air bersih untuk desa-desa di sekitar sisi timur lereng Gunung Slamet. Antara lain, desa-desa di wilayah Kecamatan Karangreja.

Meski demikian dia menyebutkan, saat ini sudah sebagian desa di lereng Slamet wilayah Purbalingga terlayani air dari program pipanisasi, sumur bor, dan juga perluasan jaringan air PDAM. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement