Kamis 25 Jul 2019 19:15 WIB

Kenaikan Harga Cabai Pengaruhi Sektor Industri Mamin

Harga cabai diharapkan berangsur stabil seiring dengan dekatnya masa panen raya.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Harga Cabai Naik. Pedagang merapikan cabai di Pasar Inpres Senen, Jakarta Pusat, Ahad (21/7).
Foto: Fakhri Hermansyah
Harga Cabai Naik. Pedagang merapikan cabai di Pasar Inpres Senen, Jakarta Pusat, Ahad (21/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain berdampak langsung terhadap konsumen akhir di pasar, kenaikan harga cabai dalam kurun waktu yang panjang ini juga ikut mempengaruhi industri makanan dan minuman (mamin). Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Rachmat Hidayat mengatakan, industri mamin yang bersinggungan langsung dengan bahan baku cabai sangat terpengaruh dengan kenaikan harga cabai tersebut.

Meski, dia menegaskan, umumnya industri mamin pasti telah menerapkan sistem buffer yang diterapkan masing-masing. “Tentu saja sangat berpengaruh (kenaikan harga cabai) terhadap produksi mereka. Apalagi yang sektor makanan yang dia butuh banyak cabai,” kata Rachmat saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (25/7).

Baca Juga

Rachmat menjelaskan, meski saat ini pengaruh tersebut belum signifikan, diharapkan harga cabai dapat berangsur stabil seiring dengan dekatnya masa panen raya di awal Agustus nanti. Menurut Rachmat, industri mamin biasanya menerapkan treatment khusus terhadap bahan baku mereka, terutama terhadap cabai segar yang baru didatangkan.

Dia menambahkan, dengan treatment tersebut pelaku industri mamin setidaknya memiliki cadangan bahan baku dengan ketentuan berapa persen dari kebutuhan. Hanya saja, menurut dia, cadangan bahan baku tersebut juga bisa sangat dipengaruhi oleh suplai produksi dari petani.

Kendati demikian, dia menegaskan, mayoritas sektor industri mamin umumnya hanya menggunakan cabai kering dalam produksinya. Sehingga apabila terjadi gejolak harga, maka kebutuhan produksi mereka diproyeksi dapat terpenuhi dengan baik.

“Kalau mereka (industri mamin) beli cabai segar, itu resikonya besar sekali. Telat pengiriman saja bisa busuk, makanya saya yakin mereka pasti punya cadangan,” kata dia.

Kasubdit Aneka Cabai dan Sayuran Buah Direktorat Jenderal Tanaman Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Mardiyah Hayati mengatakan, meski belum memasuki musim panen, saat ini sejumlah daerah sudah mulai melaksanakan panen cabainya.

“Misalnya ya, di Kabupaten Agam itu ada 2.000 meter lahan yang panen,” kata Mardiyah.

Mardiyah menambahkan, kondisi cabai yang belum berproduksi itu meski masih menjadi salah satu penyebab mahalnya harga cabai di pasar namun menjadi keuntungan tersendiri bagi petani. Dia mencontohkan, harga cabai merah keriting di tingkat petani menyentuh Rp 50 ribu-Rp 65 ribu per kilogram (kg).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement