Jumat 26 Jul 2019 08:54 WIB

Boeing Pertimbangkan Hentikan Produksi 737 Max

Pesawat Boeing 737 Max dihentikan sementara penerbangannya oleh sebagian maskapai.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Pekerja merakit Boeing 737 MAX 8 di fasilitas perakitan pesawat di Washington, Amerika Serikat.
Foto: AP Photo/Ted S. Warren
Pekerja merakit Boeing 737 MAX 8 di fasilitas perakitan pesawat di Washington, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, SEATTLE -- Boeing telah diperingatkan bahwa mereka kemungkinan harus menghentikan produksi 737 Max, jika larangan terbang terus berlanjut. Boeing menyatakan akan mempertimbangkan untuk mengurangi atau menghentikan produksi 737 Max, apabila terus mendapatkan penentangan dari regulator di seluruh dunia. 

Namun, CEO Boeing Dennis Muilenburg tetap optimistis bahwa 737 Max dapat kembali mengudara pada Oktober mendatang. Boeing melaporkan kerugian kuartalan terbesarnya yakni senilai 3,4 miliar dolar AS.

Baca Juga

"Upaya kami untuk membuat 737 Max kembali aman terus berlanjut, dan kami akan terus menilai rencana produksi kami. Jika perkiraan kami diantisipasi ke perubahan layanan, kami mungkin perlu mempertimbangkan kemungkinan penurunan tarif atau opsi lain, termasuk pengentian sementara produksi Max," ujar Muilenburg kepada investor dalan sebuah conference call.

Seluruh pesawat Boeing 737 Max dilarang terbang sejak Maret lalu. Larangan tersebut dilakukan setelah terjadinya dua kecelakaan penerbangan Ethiopian Airlines dan Lion Air dalam waktu berdekatan, dan menewaskan seluruh penumpang beserta awak. 

Berdasarkan investigasi, salah satu penyebab kecelakaan yakni ada kerusakan dalam sistem perangkat lunak 737 Max. Boeing telah berupaya untuk memperbaiki kerusakan tersebut, namun perlu mendapatkan persetujuan dari regulator agar 737 Max dapat kembali terbang. 

Muilenburg mengatakan, Boeing telah melakukan pertemuan teknis mingguan dengan operator 737 Max. Sementara, perangkat lunak yang telah diperbaiki telah diuji dalam 225 kali sesi simulator penerbangan.

"Ini adalah masa yang sangat menantang bagi kami, terutama bagi keluarga yang kehilangan orang-orang terkasih dalam peristiwa kecelakaan itu, dan juga bagi orang-orang yang berdedikasi serta bekerja tanpa lelah untuk memenuhi misi kami, semua fokus pada kuaitas dan keamanan, serta dilakukan dengan penuh integritas," kata Muilenburg, diansir BBC. 

Muilenburg mengatakan, setelah dua kecelakaan tersebut produksi 737 Max dikurangi dari 52 menjadi 42 pesawat per bulan. Pengurangan produksi tersebut membuat Boeing harus membayar biaya lebih untuk suku cadang pesawat ketimbang sebelumnya. Selain itu, penundaan pengiriman 737 Max ke sejumlah maskapai penerbangan juga telah memukul arus kas dan margin keuntungan Boeing. 

"Ini adalah momen yang menentukan bagi Boeing dan kami berkomitmen untuk melewati masa yang penuh tantangan ini dengan lebih baik dan lebih kuat sebagai sebuah perusahaan," ujar Muilenburg.

Muilenburg mengakui, larangan terbang 737 Max dan pengurangan produksi telah mempengaruhi pelanggan Boeing dan kemungkinan akan menyebabkan keterlambatan pengiriman pesawat di masa depan. Pengurangan produksi pesawat akan menambah masalah yang menyebabkan Boeing menghentikan produksi 737 Max sepenuhnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement