Jumat 26 Jul 2019 08:59 WIB

Menlu AS Siap Kunjungi Iran untuk Redakan Konflik Dua Negara

Menlu AS Mike Pompeo mengatakan akan ke Iran jika diperlukan untuk pembicaraan.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di Washington.
Foto: AP Photo/Sait Serkan Gurbuz
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan terdapat kemungkinan bahwa ia akan pergi ke Iran untuk melakukan pembicaraan jika diperlukan. Pernyataan itu datang pada Kamis (25/7) menyusul ketegangan antara Washington dan Teheran yang meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

“Tentu saja jika diperlukan, saya akan dengan senang hati pergi ke sana. Saya akan menyambut baik kesempatan untuk berbicara langsung dengan orang-orang Iran,” ujar Pompeo dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg TV. 

Baca Juga

Ketegangan antara AS dan Iran dimulai pada tahun lalu, setelah keputusan Negeri Paman Sam untuk keluar dari Perjanjian Nuklir 2015. Situasi kian memburuk dengan angkah AS yang memberikan sejumlah sanksi untuk menekan Iran, mulai dari larangan ekspor minyak, hingga sejumlah sanksi ekonomi yang dikenakan kepada individu dan para pelaku bisnis. AS juga menggunakan ancaman militer dengan mengerahkan kapal perang dan satuan pembom ke Timur Tengah dengan alasan potensi ancaman Iran. Bahkan, tim keamanan nasional negara itu telah mempertimbangkan  pengiriman pasukan militer tambahan ke Timur Tengah. 

Pada Mei, terdapat  1.500 tentara AS yang dikirim ke Timur Tengah setelah serangkaian serangan kapal tanker minyak Arab Saudi di lepas pantai Uni Emirat Arab (UEA). Hingga kemudian terjadi insiden serupa yang berlangsung di Teluk Oman pada 13 Juni, di mana Iran telah dituding berada di balik serangan terhadap kapal-kapal tersebut. 

Dengan tekanan yang terus meningkat, khususnya atas ancaman AS melalui tindakan militer,  Pemerintah Iran pada 8 Mei lalu telah memutuskan untuk menangguhkan beberapa kesepakatan dalam Perjanjian Nuklir 2015. Dalam sebuah pernyataan, Presiden Hassan Rouhani mengatakan bahwa Teheran akan tetap memiliki kelebihan uranium yang diperkaya. Negara itu tidak akan menjualnya, seperti yang diminta dalam perjanjian nuklir tersebut. 

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump dan para pemimpin Iran telah secara terbuka mengatakan bahwa kedua belah pihak dapat melakukan pembicaraan, meski masing-masing memiliki kondisi yang berbeda. Namun, baru-baru ini, tepatnya pada Rabu (24/7) lalu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa Teheran tak akan bernegosiasi dengan Washington dalam keadaan apapun. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement