REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA -- Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) kian berwarna dengan unsur-unsur islami. Salah satu representasinya adalah Masjid Raya Darussalam yang berlokasi di Jalan G. Obos, Menteng, Palangka Raya.
Dilihat dari sejarahnya, pembangunan fisik masjid tersebut telah dimulai sejak 1985. Namun, Pemerintah Provinsi (Pemprov) setempat kemudian mendirikan bangunan masjid baru, yang diresmikan pada 23 Juli 2015 lalu dengan nama Darussalam.
Masjid Raya Darussalam Palangka Raya berornamen khas dayak.
Adapun bangunan Masjid Darussalam yang lama saat ini masih dalam proses renovasi. Bangunan itu rencananya akan digunakan untuk kegiatan yang di luar nuansa ibadah sehari-hari, umpamanya rapat, pernikahan, dan seminar.
Masjid Raya Darussalam termasuk dalam kompleks Islamic Center Palangka Raya. Tak jauh dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangkaraya dan Asrama Haji Al Mabrur Kalimantan Tengah.
Ketika memasuki pintu gerbang Islamic Center Palangka Raya, pengunjung akan disambut pemandangan Masjid Raya Darussalam. Uniknya, rumah ibadah ini didominasi cukup banyak ornamen khas suku Dayak.
Pada bagian depan Masjid, terdapat dua ornamen talawang atau perisai khas Suku Dayak yang berukuran besar. Di samping kiri dan kanan masjid masing-masing juga terdapat ornamen talawang. Corak talawang berwarna cokelat juga menghiasi pintu masuk Masjid.
Ketua Pengurus Masjid Raya Darussalam KH Khairil Anwar menuturkan, pembuatan ornamen talawang memiliki filosofi tersendiri, yaitu sebagai simbol untuk menahan serangan-serangan yang datang dari luar.
Masjid Raya Darussalam Palangka Raya berornamen khas dayak.
"Adanya talawang besar itu untuk menahan serangan dari orang. Artinya, kalau ada orang-orang yang tidak baik atau hal-hal yang tidak baik, jangan masuklah ke masjid, termasuk ajaran-ajaran yang ekstrem, menyimpang, atau sesat," ujar Khairil saat ditemui Republika.co.id di Ruang Rektor IAIN Palangka Raya, Kalilamantan Tengah, Jumat (26/7).
Masjid Raya Darussalam juga memiliki kubah emas besar berwarna hijau yang dihiasi motif warna keemasan. Kubah besar berdiameter 32 meter itu dikelilingi empat kubah kecil. Di bagian belakang Masjid tampak menara setinggi 118 meter.
Masjid ini dibangun tiga lantai. Lantai 1 untuk fasilitas kantor pengelola dan ruangan-ruangan khusus. Lantai dua dan lantai tiga diperuntukkan sebagai ruang shalat utama. Dengan melihat kemegahannya, masjid yang berada di lahan seluas 5.000 meter persegi ini dapat menjadi destinasi wisata bagi siapapun, tidak hanya umat Islam.
Saat Republika.co.id mengunjungi Masjid Raya Darussalam pada Kamis (25/7) siang, para jamaah tampak akan melaksanakan shalat zuhur berjamaah di lantai dua. Beberapa jamaah perempuan kemudian lewat melalui sisi kiri masjid, sedangkan jamaah laki-laki lewat di sisi kanan masjid.
Setelah iqamat shalat Dzuhur dikumandangkan, puluhan jamaah laki-laki pun segera berdiri membentuk tiga shaf yang kemudian dipimpin salah satu imam Masjid Darussalam, Ustaz Hajaji. Setelah shalat, Republika.co.id kemudian ikut bersalaman dengan para jamaah hingga membentuk lingkaran sembari melantunkan shalawat.
Ditemui seusai shalat, Badan Pengawasan Masjid Raya Darussalam, Abu Sadiqin mengatakan, sebenarnya umat Islam yang shalat di Masjid Raya Darussalam bisa sampai lima sampai enam shaf setiap harinya. Namun, saat ini mahasiswa banyak yang libur kuliah.
Masjid Raya Darussalam Palangka Raya berornamen khas dayak.
"Subuh juga alhamdulillah masjidnya enggak pernah kosong. Jadi ghirah keislamannnya itu luar biasa sekarang di sini," ucapnya.
Setiap Jumat, tentunya kian banyak umat yang datang ke Masjid Darussalam ini. Berdasarkan pantuan Republika.co.id pada Jumat (26/7), ribuan umat Islam tampak memadati lantai dua dan lantai satu Masjid Darussalam.
Imam shalat Jumat terdengar membaca ayat Alquran dengan merdu, sehingga menambah kekhusyuan shalat para jamaah. Menurut Abu Sadiqin, Masjid Darussalam bisa menjadi contoh bagi masjid-masjid lainnya dalam memilih imam.
"Jadi sebanarnya Masjid Raya bisa jadi contoh. Jadi di sini hanya orang yang sudah fasih membaca Alquran yang bisa menjadi imam," katanya.
Masjid Raya Darussalam kedepannya diharapkan menjadi pusat pengembangan Islam di Kalimantan Tengah. Karena itu, di area masjid raya ini juga dibangun berbagai fasilitas seperti gedung serbaguna, perpustakaan, lembaga pendidikan, dan lain-lain.