REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bayu Adji P
Heni Roheni (40 tahun) terlihat duduk bersantai dengan kerabatnya di halaman depan Kantor Bupati Tasikmalaya, Jumat (26/7) sore. Sesekali, ia melihat anaknya yang sedang dicukur rambutnya bersama warga lainnya di tempat itu.
Tepat di hari jadi ke-387 Kabupaten Tasikmalaya itu memang sedang dilakukan bakti sosial mencukur gratis. Adalah Paguyuban Pangkas Rambut Tasikmalaya (PPRTS) dan Paguyuban Pangkas Rambut Singaparna (PPRS) yang menjadi motor kegiatan sosial itu.
Sekitar 60 tukang cukur dari dua komunitas itu menggelar kegiatan cukur gratis untuk warga Kabupaten Tasikmalaya. Selain bisa memangkas tambut, warga juga dapat ikut berdonasi di kegiatan itu, yang rencananya akan disalurkan untuk korban terdampak gempa bumi di Maluku Utara.
Heni yang kebetulan datang ke Kantor Bupati untuk menikmati hiburan ulang tahun, tergoda untuk menyuruh anaknya dicukur di tempat itu. "Kebetulan lagi di sini, sekalian minta cukurin rambut anak saya yang sudah panjang," kata dia, Jumat (26/7).
Ia mengaku senang dengan adanya kegiatan cukur gratis itu. Apalagi, warga juga bisa berdonasi membantu orang yang kurang mampu.
Menurut dia, kegiatan donasi yang dikemas dengan acara cukur gratis cukup meningkatkan minatnya untuk ikut membantu. "Jadi kayak kreatif gitu, soalnya jarang acara seperti ini di Tasik," kata dia.
Sementara itu, salah seorang warga lainnya, Tita (43) mengatakan, dirinya sengaja datang ke halaman Kantor Bupati Tasikmalaya pada sore itu untuk melihat hiburan di hari jadi Tasikmalaya. Namun, melihat ada kegiatan cukur gratis, ia mengurungkan niat menuju panggung hiburan dan memilih melihat anak-anak kecil yang dicukur.
Menurut dia, acara donasi yang dikemas dengan kegiatan sosial itu sangat menarik minat warga untuk ikut membantu. "Kita juga berdonasi jadi seneng," kata dia.
Hubungan Masyarakat PPRT, Hendra mengatakan, kegiatan mencukur gratis itu merupakan inisiatif dari para tukang cukur yang tergabung dalam komunitas. Namun, para komunitas itu menjalin kerja sama dengan Dompet Dhuafa untuk sekaligus menggalag dana bagi masyarakat yang terdampak gempa bumi di Maluku Utara belum lama ini.
"Kebetulan saja, momennya bersamaan dengan HUT Kabupaten Tasikmalaya," kata dia.
Ia menjelaskan, konsep awal yang disiapkan adalah para tukang cukur akan memangkas rambut anak yatim yang dikoordinir Dompet Dhuafa. Namun, dikarenakan kendala teknis, para anak yatim tak bisa dihadirkan.
Akhirnya, secara spontan para tukang cukur itu mengubah konsep acara menjadi kegiatan memangkas rambut gratis. Namun, warga tetap bisa berdonasi untuk masyarakat yang terdampak gempa di Maluku Utara.
Ia berharap, dengan adanya kegiatan ini generasi tukang cukur di Tasikmalaya akan terus berkembang. Selain itu, Hendra juga ingin nama para tukang cukur dari Tasikmalaya terangkat.
"Soalnya, tukang cukur dari Tasikmalaya juga gak kalah dengan dari daerah lain. Kita juga ada kampung cukur di Cigalontang," kata dia.
Terkahir, kegiatan ini juga merupakan kontribusi para tukang cukur pada masyarakat. Apalagi, momennya tepat dengan perayaah HUT Kabupaten Tasikmalaya. Dengan begitu, selain membuat meriah hari jadi Tasikmalaya, masyarakat juga juga ikut berdonasi.
Sementara itu, relawan Dompet Dhuafa Faisal Anwar mengatakan, hasil donasi itu akan disalurkan kepada masyarakat terdampak gempa di Maluku Utara dan untuk membantu warga yang masih kekurangan di sekitar Kabupaten Tasikmalaya.
Dompet Dhuafa sediri telah menggalang dana sejak hari pertama digelarnya perayaan HUT Kabupaten Tasikmalaya, pekan lalu. Namun, pada tiga hari pertama Dompet Dhuafa mendapatkan hasil nihil lantaran cuaca tak bersahabat.
Setelah itu, para relawan berkeliling menjemput bola untuk mengumpulkan donasi dari masyarakat. Alhasil, hingga Jumat (26/7) telah terkumpul uang sekitar Rp5,6 juta.
"Mudah-mudahan akan terus bertambah sampai akhir acara," kata dia.
Faisal berharap, dengan kegiatan ini masyarakat kepada mereka yang kekurangan, khususnya di lingkungan sekitar. Ia berpesan, tak perlu takut untuk berbagi kepada sesama.
Menurut dia, potensi masyarakat untuk berbagi di Kabupaten Tasikmalaya juga cukup tinggi. Namun, selama ini masyarakat banyak yang tidak tahu harus menyalurkan ke mana.
"Jadi di sini kita hanya memfasilitasi," kata dia.