Jumat 26 Jul 2019 22:23 WIB

PBB: 100 Lebih Warga Suriah Wafat Akibat Serangan Udara

100 lebih warga Suriah wafat di provinsi yang berada.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Nashih Nashrullah
Kamp pengungsian Al-Hol di Hassakeh, Suriah yang menampung keluarga anggota militan ISIS.
Foto: Reuters
Kamp pengungsian Al-Hol di Hassakeh, Suriah yang menampung keluarga anggota militan ISIS.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat, lebih dari 100 warga sipil terbunuh akibat serangan udara oleh pemerintah Suriah dan sekutu di daerah kantong pemberontakan terakhir dalam 10 hari belakangan ini. 

Menurut PBB, konflik tiga bulan terakhir ini juga telah menggusur lebih dari 400 ribu orang. Dilansir Aljazirah, PBB melaporkan sebanyak 103 orang meninggal dunia akibat serangan udara di sekolah, rumah sakit, pasar, dan toko roti termasuk sedikitnya 26 anak-anak. 

Baca Juga

Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Michelle Bachelet, mengatakan jumlah korban meninggal ini tidak diperhatikan dunia internasional secara nyata.  "Sasaran serangan adalah objek sipil, dan sangat tidak mungkin, mengingat pola serangan seperti itu, bahwa mereka semua terkena kecelakaan. Mereka terserang," katanya dalam sebuah pernyataan. Sementara, Bachelet menyebutkan jumlah warga sipil yang terbunuh sejak awal serangan sedikitnya 450.  

Juru Bicara Kantor PBB untuk Koordinasi urusan Kemanusiaan (OCHA), David Swanson, mengatakan sejak serangan Rusia dan pemerintahan Suriah, lebih dari 400 ribu orang telah terlantar.  

Didukung oleh sekutu utamanya, Rusia, pemerintah Suriah memulai langkah ofensif terhadap kantong pemberontak di barat laut Suriah. Daerah tersebut merupakan daerah terakhir dari oposisi aktif Presiden Bashar al-Assad. 

Rusia mengakui langkahnya sebagai tanggapan dari pelanggaran gencatan senjata. Wilayah yang diserang adalah rumah bagi sekitar tiga juta orang, hampir setengah dari mereka sudah mengungsi dari bagian lain negara yang dilanda perang.  Wilayah ini mencakup hampir semua provinsi Idlib dan sebagian Provinsi Aleppo, Hama, dan Latakia.  

Idlib dan daerah sekitarnya di barat laut masuk dalam kesepakatan de-eskalasi pada September tahun lalu antara Rusia dan Turki, yang mendukung beberapa kelompok pemberontak untuk mengurangi perang dan pengeboman. 

Namun, perjanjian itu tidak pernah dilaksanakan setelah para pejuang menolak  mundur dari zona penyangga. Sebaliknya, intensitas pengeboman meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Wilayah ini sebagian besar dikendalikan Hay'et Tahrir al-Sham, yang dipimpin

photo
Asap membumbung setelah serangan udara pasukan Suriah dan Rusia mengenai kota al-Habeet, selatan Idlib, Suriah, Ahad (19/5).

mantan afiliasi Suriah al-Qaeda.

 

OCHA menyebut insiden pada Senin kemarin  sebagai salah satu hari paling mematikan di wilayah tersebut sejak dimulainya serangan. Dalam satu hari, 60 orang meninggal di Provinsi Idlib, Hama, dan Aleppo, termasuk 39 dalam serangan udara dalam kesibukan pasar di Maarat al-Numan.  

"Sebagian besar dari mereka yang melarikan diri telah mengungsi, sementara jumlah yang lebih kecil telah pindah ke wilayah Aleppo utara. Sekitar dua pertiga orang terlantar tinggal di luar kamp," kata OCHA.

OCHA mengatakan telah mencatat sebanyak 39 serangan terhadap fasilitas kesehatan atau tenaga medis di wilayah itu sejak akhir April. Setidaknya 50 sekolah telah rusak oleh serangan udara dan penembakan.

Pemantau perang yang berbasis di Inggris, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan lebih dari 730 warga sipil telah meninggal dunia dalam pengeboman udara dan penembakan oleh pemerintah Suriah dan sekutunya sejak akhir April. Kendati demikian, baik pemerintah Suriah dan sekutu Rusia-nya menyangkal menargetkan warga sipil atau infrastruktur sipil.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement