REPUBLIKA.CO.ID, ALASKA -- Kebakaran hutan melanda wilayah Kutub Utara, termasuk wilayah Siberia utara, Skandinavia utara, Alaska, dan Greenland. Kebakaran tersebut dipicu oleh sambaran petir dan diperparah dengan suhu musim panas yang lebih tinggi dari rata-rata.
Seorang ahli kebakaran hutan di Copernicus Atmosphere Monitoring Service (Cams), Mark Parrington menggambarkan, insiden kebakaran ini belum pernah terjadi sebelumnya. Kebakaran tersebut meliputi sebagian besar wilayah tak berpenghuni di seluruh Rusia timur, Skandinavia utara, Greenland, dan Alaska.
Kota-kota di Rusia timur telah mencatat penurunan kualitas udara yang signifikan sejak kebakaran dimulai. Asap dilaporkan telah mencapai wilayah Tyumen Rusia di Siberia barat. Pada bulan Juni, api melepaskan sekitar 50 megaton karbon dioksida, atau setara dengan hasil karbon tahunan Swedia.
Menurut situs Alaskan Center, kebakaran di Arktik biasanya terjadi antara Mei dan Oktober. Sementara, kebakaran hutan adalah bagian alami dari sebuah rantai ekosistem. Namun, hal yang tidak biasa adalah intensitas dan luas kebakaran.
"Tidak biasa melihat kebakaran dengan skala dan durasi seperti ini di lintang tinggi di bulan Juni," kata Parrington, dilansir BBC, Sabtu (27/7).
"Tetapi suhu di Kutub Utara telah meningkat pada tingkat yang jauh lebih cepat daripada rata-rata global, dan kondisi yang lebih hangat mendorong munculnya api," ujar dia menambahkan.
Tanah yang sangat kering dan lebih panas dari suhu rata-rata, dikombinasikan dengan petir panas dan angin kencang telah menyebabkan api menyebar secara agresif. Satelit global kini melacak jejak kebakaran hutan baru dan berkelanjutan di dalam Lingkaran Arktik.
Para ilmuwan mengatakan, peningkatan emisi gas rumah kaca mendorong pemanasan global yang melepaskan lebih banyak karbon ke atmosfer. Banyak partikel dari kebakaran ini akan menetap di permukaan es dan mempercepat pencairan.
Pihak berwenang Rusia tidak menangani sebagian besar kebakaran. Mereka berpendapat, biaya penanganan akan lebih besar daripada kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran tersebut.
"Mereka tidak mengancam pemukiman atau ekonomi," ujar pernyataan pers
Kementerian Kehutanan Wilayah Krasnoyarsk kepada situs berita Siberia.
Tagar #putouttheSiberianfires dan #saveSiberianforests saat ini menjadi trending di Twitter. Para warga net kecewa bahwa pemerintah Rusia tidak melakukan upaya untuk mengatasi krisis iklim. Bahkan beberapa pihak berpendapat bahwa kebakaran Notre Dame di Paris jauh lebih mendapatkan perhatian media ketimbang kebakaran hutan.