REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam sangat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Alquran bahkan banyak mengandung ayat yang menjadi dasar lahirnya keilmuan. Maka, tak heran bila peradaban Islam mencatat banyak ilmuwan Muslim yang karyanya menjadi bahan rujukan ilmuwan dunia sampai sekarang.
Misalnya, buku Book of Animal yang ditulis oleh Al Jahiz. Buku tersebut terdiri dari tujuh volume. Di dalamnya berisi penjabaran lebih dari 350 spesies hewan yang dilengkapi gambar. Al Jahiz merupakan ahli zoologi Islam pertama di dunia. Sejumlah penemuannya bahkan dinilai cukup fenomenal.
Kendati lahir dari keluarga miskin, Al Jahiz beruntung karena hidup pada periode transmisi ilmu Yunani ke Arab dan periode perkembangan sastra prosa Arab. Al Jahiz berpartisipasi dalam kedua periode itu. Apalagi, orang tuanya juga sangat mementingkan pendidikan. Berkat pengajaran mereka, Al Jahiz bisa membaca dan menulis pada usia dini.
Sang ilmuwan pernah bercerita kalau suatu hari ibunya menunjukkan beberapa buku kepadanya sambil mengatakan, dengan cara itulah nantinya, Al Jahiz akan mencari nafkah. Kondisi keluarga yang serba kekurangan memang menuntutnya menjadi tulang punggung sejak muda.
Pada usia 20 tahun, Al Jahiz sudah bekerja demi membantu perekonomian keluarga. Ia menjual ikan di sepanjang kanal Basra, Irak. Walau begitu, pria kelahiran 776 Masehi ini tak pernah lalai untuk menuntut ilmu.
Dia senantiasa berkumpul dan berdiskusi dengan para pemuda di masjid utama Kota Basra. Lewat diskusi tersebut, berbagai ilmu pengetahuan dikaji. Perlu diketahui, pada masanya, Kota Basra termasuk salah satu pusat intelektual utama di dunia, bersaing dengan Kufah.
Kala itu, kekhilafan Abbasiyah pun berada dalam masa keemasan budaya, ilmu pengetahuan, serta pendidikan. Beragam buku sekaligus perpusta ka an mudah pula ditemukan di mana saja. Secara keseluruhan, Al Jahiz menempuh pendidikan selama 25 tahun.
Dalam waktu seperempat abada tersebut, banyak ilmu pengetahuan yang dikuasainya meliputi ilmu filologi Arab, leksikografi, sastra, sejarah, ilmu Alquran, hadis, serta zoologi.
Al Jahiz memang dikenal sangat cerdas juga haus ilmu. Maka, selain rutin menghadiri kuliah umum, ceramah, dan berdikusi, dia turut membaca buku-buku terjamahan hasil karya bangsa Yunani. Ia lalu memulai kariernya sebagai juru tulis di Basra. Selanjutnya, Al Jahiz pindah ke Baghdad yang saat itu merupakan ibu kota Dinasti Abbasiyah.
Kepindahannya diawali oleh esai tentang institusi kekhalifahan yang di tulisnya. Esai itu menarik perhatian khalifah ketujuh Dinasti Abbasiyah, yakni Khalifah Al Ma'mun. Sepanjang hidupnya, Al Jahiz sudah menulis sekitar 200 buku, di antaranya mengenai zoologi, tata bahasa Arab, puisi, dan lainnya. Hanya, kini hanya sekitar 30 yang masih bisa ditemukan.