REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Pencemaran minyak mentah (spill oil) akibat aktivitas anjungan YY, yang dikelola Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ, saat ini masih terjadi. Salah satu pihak yang paling berdampak atas pencemaran ini, adalah nelayan.
Sebab sejak pencemaran itu jadi tak terkendali, hasil tangkapan nelayan menurun drastis. Namun, hingga saat ini belum ada kompensasi yang diberikan Pertamina untuk nelayan.
Pemerhati Lingkungan Pesisir dan Laut Kabupaten Karawang, Wanusuki, mengatakan tumpahan minyak ini sudah berlangsung lebih dari dua pekan. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada pembicaraan mengenai kompensasi bagi warga yang terdampak. Salah satunya, nelayan.
"Kalau kompensasi sampai saat ini belum ada. Tetapi, pihak Pertamina pada Sabtu malam sudah mendirikan posko pengaduan di wilayah pesisir," ujar Wanusuki, Ahad(28/7).
Melalui posko pengaduan warga yang terdampak bisa langsung melaporkannya. Sepertinya, dengan adanya poskos pengaduan ini, juga untuk menginventarisasi jumlah warga yang dirugikan dari kejadian ini.
Terkait dengan tangkapan nelayan, Wanusuki menyebutkan, mengalami penurunan sejak tumpahan minyak itu membanjiri perairan utara Karawang. Salah satunya, nelayan di Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya.
Biasanya, nelayan mencari udang dan ikan sejauh dua mil dari pesisir pantai. Namun, karena pencemaran ini, ikannya pada tidak ada. Kalaupun dapat, kondisi ikannya sudah mati.
Karena itu, nelayan harus mencari ikan keluar daerah. Dengan begitu, daya jangkauannya semakin jauh. Minimalnya, harus tiga sampai lima mil dari pesisir lantai. Baru, nelayan mendapatkan ikan.
"Biasanya, nelayan ikan yang menggunakan jaring blanak, bisa mendapatkan lima sampai delapan kilogram. Saat ini, antara 2,5 sampai empat kilogram. Itupun, jaraknya sangat jauh," ujarnya.