REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, mengatakan masuknya Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep ke bursa Walikota Surakarta akan membuat politik semakin berwarna. Pasalnya, masing-masing anak presiden memiliki ciri khas tersendiri.
"Semakin banyak anak presiden masuk ke politik semakin bagus. Hal itu akan mendorong munculnya politisi muda lainnya," kata Adi saat dihubungi Republika.co.id.
Kemudian, Adi menyontohkan, karakter Gibran dan Kaesang berbeda dengan karakter AHY. Jika Gibran dan Kaesang memiliki gaya yang cenderung santai. "Kalau AHY itu kan terlampau formal, jadi kesannya kaku," ucapnya.
Di sisi lain, pria yang juga dosen UIN Syarif Hidayatullah itu menjelaskan, pada dasarnya politik Indonesia digerakkan oleh politik klan. Oleh karenanya, anak presiden memiliki modal politik yang cukup besar untuk berpolitik. Salah satunya adalah popularitas.
"Mau nggak mau, suka nggak suka. Politik kita basisnya klan. Ada klan Megawati, ada klan SBY, ada klan Gus Dur, ada klan Jokowi, ada pula klan Seoharto," ujarnya.
Meskipun demikian, sebaiknya anak presiden mulai berpolitik dari tingkatan paling rendah. Mereka bisa menjadi pengurus partai di kecamatan atau kabupaten/kota. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan pengalaman. Sekaligus memberikan pendidikan politik kepada masyarakat.
"Dengan mulai politik dari bawah, mereka akan mengetahui konsep, narasi, dan juga ideologi politik," tuturnya.
Oleh karena itu, jika Gibran dan Kaesang memulai karier politiknya dari tingkat Kota Surakarta, maka hal itu dirasa tepat. Apalagi saat ini adalah momentum bagi klan Jokowi.
"Saat ini adalah momentum yang tepat bagi Gibran dan Kaesang untuk terjun ke politik. Ketika Jokowi masih menjadi presiden, maka keduanya akan dengan mudah mendapatkan simpati masyarakat," kata Adi.