Senin 29 Jul 2019 15:01 WIB

Kisah Barcelona Mini di Negeri Matahari Terbit

Vissel Kobe dinilai tengah berusaha mereplikasi kesuksesan Barcelona di Eropa.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Endro Yuwanto
Andres Iniesta (kanan) dan bos klub Vissel Kobe, Hiroshi Mikitani.
Foto: Twitter Andres Iniesta
Andres Iniesta (kanan) dan bos klub Vissel Kobe, Hiroshi Mikitani.

REPUBLIKA.CO.ID, KOBE -- Pada dekade pertama milenium kedua, nama Vissel Kobe hanya dikenal sebagai satu dari belasan klub yang tampil di kompetisi utama Liga Jepang. Tidak ada prestasi mencolok yang bisa ditorehkan klub yang berasal dari salah satu kota pelabuhan tertua di Jepang tersebut.

Bahkan, pada akhir musim 2005, Vissel Kobe gagal bersaing di J1 dan harus rela terdegradasi ke J2, kompetisi kasta kedua Liga Jepang, pada musim berikutnya. Kiprah serupa dicatatkan Vissel Kobe pada 2013. Untuk kedua kalinya dalam rentang waktu satu dekade, klub berjuluk Ushi, atau bermakna sapi ini tampil di kompetisi J2.

Semuanya berubah pada Desember 2014. Sebuah perusahaan e-comerce dan internet asal Jepang, Rakuten, mengambil alih Vissel Kobe dari anak perusahannya, Crimson Group. Akuisisi ini diharapkan bisa meningkatkan level Vissel Kobe, baik torehan prestasi di atas lapangan maupun dari aspek keuntungan ekonomi dan finansial.

Rakuten terbukti tidak main-main dalam berinvestasi di kancah industri sepak bola. Dua tahun setelah mengakuisisi Vissel Kobe, Rakuten mencapai kesepakatan dengan Barcelona terkait sponsor utama global tim asal Katalan tersebut. Terhitung sejak 2017, Rakuten menggantikan maskapai penerbangan asal Qatar, Qatar Airways, sebagai sponsor utama Barcelona.