Senin 29 Jul 2019 15:48 WIB

Krisis Air Bersih Meluas di Kabupaten Semarang dan Grobogan

Permohonan bantuan air bersih melonjak dari desa yang terdampak kekeringan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Nur Aini
Seorang petani, Dusun Gendurit, Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang memanen padi belum cukup umur di lahan perswahan yang merekah, akibat kekeringan, Senin (17/6). Petani di dusun ini melakukan ‘panen terpaksa’ untuk menghindari kerugian lebih besar akibat dampak musim kemarau.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Seorang petani, Dusun Gendurit, Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang memanen padi belum cukup umur di lahan perswahan yang merekah, akibat kekeringan, Senin (17/6). Petani di dusun ini melakukan ‘panen terpaksa’ untuk menghindari kerugian lebih besar akibat dampak musim kemarau.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN — Krisis air bersih meluas di wilayah Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah terus meluas, hingga memasuki akhir Juli 2019. Kondisi tersebut juga menunjukkan dampak musim kemarau di daerah tersebut juga kian meluas.

Badan Penanggulangan Bencana Derah (BPBD) Kabupaten Semarang mencatat, jika awal bulan Juni 2019 lalu tercatat hanya enam dusun yang mengalami krisisi air bersih, di penghujung bulan Juli ini sudah mencapai 18 dusun yang terdampak.

Baca Juga

“Kian meluasnya wilayah terdampak ini juga ditandai dengan semakin banyaknya permohonan bantuan air bersih yang kami terima dari masing-masing perangkat desa,” ungkap Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Semarang, Heru Subroto, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Senin (29/7).

Ke-18 dusun yang terdampak krisis air bersih tersebut, kata Heru, tersebar di tujuh wilayah desa yang ada di empat kecamatan, yang meliputi Kecamatan Bringin, Bancak, Pringapus dan Kecamatan Suruh. Hingga hari ini, BPBD Kabupaten Semarang mulai banyak menerima permohonan bantuan air  bersih dari masyarakat di Kabupaten Semarang yang mengalami krisis air bersih tersebut.

Ia juga mengungkapkan, cadangan air bersih untuk penanggulangan bencana kekeringan yang dikelola oleh BPBD Kabupaten Semarang mulai disalurkan kepada warga yang membutuhkan pada 9 Juli 2019 lalu. Saat ini, permohonan natuan air bersih dari warga semakin banyak yang masuk. “Sampai hari ini kita sudah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 60 tangki berkapasitas 5.000 liter atau setara 300 ribu liter air bersih,” kata Heru.

Berdasarkan data BPBD Kabupaten Semarang, permohonan bantuan air bersih tersebut telah disampaikan setidaknya oleh para perangkat maupun aparatur sembilan desa yang ada di empat kecamatan yang selama ini memang menjadi langganan kekeringan akibat dampak musim kemarau. Ke-tujuh desa yang dimaksud meliputi Desa Jatirunggo di wilayah Kecamatan Pringapus; Gogodalem, Rembes dan Bringin (Kecamatan Bringin); Bancak dan Plumutan (Kecamatan Bancak) serta Dadapayam dan Suruh (Kecamatan Suruh).

Sehingga jumlah warga terdampak krisis air bersih di empat kecamatan, yang ada di wilayah Kabupaten Semarang hingga saat ini telah mencapai belasan ribu jiwa. Heru mengungkapkan, bantuan air bersih yang disalurkan kepada masyarakat tersebut bersumber dari APBD KAbupaten Semarang Tahun Anggaran 2019. Pendistribusian bantuan air bersih menggunakan mobil tangki berkapasitas masing-masing 5.000 liter.

“Karena air bersih merupakan kebutuhan pokok, apalagi menyangkut kebutuhan sehari- hari untuk memasak dan minum, maka setiap ada pengajuan bantuan air bersih kita layani meskipun harus bergiliran,” kata Heru.

Ia juga menjelaskan, hingga puncak musim kemarau tahun ini jumlah wilayah terdampak bisa berpotensi bertambah. Hal itu karena Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau di wilayah Jawa Tengah termasuk Kabupaten Semarang akan berlangsung sampai September 2019.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement