REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adira Finance membukukan Rp 19,1 triliun untuk penyaluran pembiayaan baru pada Semester I 2019. Jumlah tersebut naik empat persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Meskipun tumbuh, pembiayaan kendaraan pada semester I tahun ini dinilai cukup lambat. "Kan ada Pemilu, banyak yang memeprtimbangkan untuk belanja, jadi market kurang memuaskan," ujar Presiden Direktur Adira Finance, Hafid Hadeli, Senin (29/7).
Menurut Hafid, pertumbuhan bisnis ini masih ditopang oleh pembiayaan dari segmen sepeda mobil dan motor. Hafid merinci, total pembiayaan motor di Adira Finance tumbuh 9 persen menjadi Rp 9,9 triliun. Khusus segmen sepeda motor baru naik 11 persen menjadi 7,3 triliun dan motor bekas tumbuh 5 persen menjadi Rp 2,6 triliun.
Sedangkan total pembiayaan mobil Adira Finance adalah sebesar Rp 8,07 triliun. Dibandingkan dengan periode yang sama sebesar Rp 8,05 triliun. Mobil penumpang berkontribusi sebesar 64 persen dari total pembiayaan mobil, sementara sisanya berasal dari segmen mobil kemersial.
"Segmen mobil stagnan 0 persen di tengah penjualan industri yang turun 13 persen. Meski demikian, pembiayaan untuk mobil bekas tetap tumbuh 13 persen," tutur Hafid.
Pada semester I, Adira Finance mencatatkan kenaikan laba bersih 9 persen atau mencapai Rp 949 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan juga terjadi pada pendapatan bunga sebesar 12 persen menjadi Rp 5,89 triliun.
Sementara pendapatan bunga bersih naik 10 persen menjadi Rp 3,55 triliun sehingga menghasilkan margin bunga bersih sebesar 14,2 persen. Perusahaan juga dapat mempertahankan NPL di bawah 2 persen.
"NPL kami berada di level 1,9 persen dari piutang yang dikelola di semester I. Kehati-hatian kami dalam menyalurkan pinjaman terus mendukung praktek manajemen risiko yang prudent," tuturnya.