REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Potensi pariwisata di daerah tertinggal masih memerlukan perhatian khusus. Dibutuhkan banyak upaya untuk membuat pariwisata menjadi salah satu sumber penggerak ekonomi setempat.
Dari 122 daerah tertinggal di Indonesia, salah satu provinsi yang masih memiliki Daerah Tertinggal adalah Nusa Tenggara Barat (NTB). Saat ini, wilayah-wilayah tersebut diupayakan untuk berkembang, salah satunya melalui sektor pariwisata.
Karena itu, Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal tengah mengupayakan pengembangan pariwisata di NTB, di antaranya dengan meluncurkan 100 Desa Wisata dan e-ticketing bekerjasama dengan GOERS.
Kegiatan Launching 100 Desa Wisata dan e-ticketing ini menjadi salah satu langkah awal dalam pelaksanaan pengembangan pariwisata berbasis digital di Nusa Tenggara Barat. Saat ini, ada dua desa yang telah terdaftar di aplikasi GOERS sebagai proyek percontohan, yakni Desa Sesaot di Lombok Barat dan Dusun Sasak Ende di Lombok Tengah.
“Kami mencoba mencari pendekatan baru dalam pembangunan pariwisata ini seperti apa. Dan akhirnya berpikir bahwa pengembangan pariwisata harus dilakukan secara digital," kata Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Dirjen PDT) Kemendes PDTT, Samsul Widodo dalam rilisnya, Senin (29/7).
Usaha rintisan bagian dari Mahaka Group ini berfokus pada promosi dan sistem manajemen tiket elektronik perjalanan wisata, destinasi, dan event terus berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam upaya membangun pariwisata melalui pemanfaatan potensi digital.
“Salah satu upaya digitalisasi pariwisata di daerah tertinggal adalah dengan memperkenalkan model sistem elektronik atau e-ticketing pada objek-objek wisata maupun desa wisata. Kami menawarkan solusi praktis untuk membangun pariwisata secara digital. Ini artinya, untuk mengunjungi desa wisata di NTB, siapapun bisa melihat informasi paket wisata dan memesan tiketnya melalui website atau aplikasi GOERS," kata Direktur Operasional GOERS, Niki Tsuraya Yaumi.
Peran GOERS dalam digitalisasi pariwisata terhadap desa wisata ini meliputi sistem e-ticketing yang dapat digunakan untuk pencatatan pengunjung baik di lokasi maupun secara daring, serta pelatihan dan pendampingan kepada pengelola desa wisata untuk penerapan teknologi yang berkelanjutan.
Sistem e-ticketing bersama GOERS ini banyak memberikan manfaat seperti kemudahan pengunjung untuk booking dan membeli tiket dari mana saja dan kapan saja, pencatatan data yang lebih akurat dan terarsip melalui sistem, hingga bantuan program pemasaran yang sustainable. Terutama untuk destinasi pariwisata tertinggal yang mungkin belum banyak dieksplorasi dan dipromosikan sebelumnya.
Pengunjung akan diberikan kemudahan untuk mengetahui dan mengenal segala informasi dan keunikan desa wisata sebelum datang langsung ke desa tujuan.
Sementara itu, bagi pemerintah, semua laporan dari kegiatan dan transaksi desa wisata yang ada di aplikasi GOERS bisa diakses secara real time oleh pemerintah pusat.
Data yang tersimpan dalam sistem GOERS tersebut bisa menjadi laporan komprehensif bagi kepala desa, pemerintah daerah, maupun pusat di kementerian.
“Kami berharap melalui agenda ini, dapat dilakukan percepatan dalam pembangunan Lombok, terutama untuk wilayah Daerah Tertinggal di NTB. Dengan pemanfaatan akses dan sistem digital, diharapkan jumlah kunjungan wisatawan di destinasi wilayah ini dapat naik sehingga dapat berpotensi meningkatkan Pendapatan Asli Daerah," ujar Niki.
Ke depannya, semua desa wisata di Nusa Tenggara Barat akan ditambahkan secara bertahap, menyusul wilayah lainnya di seluruh Indonesia. Saat ini, 25 kota di Indonesia telah terdaftar di website dan aplikasi GOERS, lengkap dengan destinasi wisata dan hiburan lainnya.