REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua Putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep mendadak menjadi perbincangan hangat di media massa. Penyebabnya, Gibran dan Kaesang disebut masuk ke dalam bursa pemilihan Wali Kota Solo (Pilwalkot) Solo Periode 2020-2025.
Peneliti komunikasi politik Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah menilai setiap warga negara memiliki hak untuk mengajukan diri sebagai kepala daerah, termasuk dua anak laki-laki presiden tersebut. Apalagi, keduanya juga memiliki momentum karena ayahnya adalah seorang presiden dua periode.
"Tentu lebih mudah mengambil ceruk pemilih ayahnya. Bahkan mereka menarik bagi parpol pengusung dibanding tokoh lain, sekalipun yang jam terbang jauh lebih lama," ujar Dedi Kurnia, saat dihubungi melalui pesan singkat, Senin (29/7).
Kendati demikian, kata Dedi Kurnia, baik Gibran dan Kaesang memiliki popularitas yang tinggi seharusnya parpol tidak asal mendukung tapi tetap mengkajinya.
Menurutnya, selain elektabilitas, parpol juga harus melihat apakah keduanya itu memiliki kredibilitas untuk memimpin, meskipun ayahnya adalah seorang presiden dan juga mantan walikota Surakarta.
"Tidak lantas kesuksesan Jokowi bisa menurun ke mereka, dan parpol harus mengkajinya. Apakah mereka memiliki potensi terpilih atau tidak. Selain juga harus ada pertimbangan kepemimpinan, sehingga tidak hanya mendasar pada popularitas," tutur Dedi Kurnia.
Apalagi, lanjut Dedi Kurnia, dalam praktik demokrasi elektoral, popularitas lebih di eksploitasi dibanding kapasitas. Sehingga fakta ini juga menjadi ujian bagi publik. Itu karena rakyat semakin dipaksa memilih tokoh dengan dominasi popularitas, bukan kapasitas kepemimpinan.
Disamping itu, ia juga menyarankan agar Joko Widodo menahan diri dari godaan melahirkan dinasti politik baru. Salah satunya adalah dengan masuknya keluarga dalam politik praktis.
Sebelumnya, hasil survei Laboratorium Kebijakan Publik Unisri, Gibran dan Kaesang memiliki popularitas tinggi sebagai bakal calon Wali Kota Solo. Dalam survei tersebut tiga kategori, yaitu popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas. Dari kategori popularitas, nama Gibran muncul dengan angka popularitas tertinggi.