REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adira Finance masih mengandalkan obligasi dan sukuk sebagai salah satu sumber pendanaan di tahun ini. Direktur Keuangan Adira Finance, I Dewa Made Susila, mengatakan pendanaan dari obligasi naik 17 persen menjadi Rp 10,4 triliun.
"Pada kuartal dua, kami telah menerbitkan obligasi sebesar Rp 2,0 triliun dan sukuk Rp 96 miliar dengan total penerbitan sebesar Rp. 2,06 triliun dari Program Obligasi Berkelanjutan IV Tahap V," ujar Made, Senin (29/7).
Hingga saat ini, perusahaan masih memiliki sisa obligasi Rp 1,2 triliun dari Program Berkelanjutan IV dan telah sepenuhnya menggunakan program Sukuk. Hasilnya, rasio obligasi bank berada di 53:47.
Secara total, menurut Made, pendanaan perusahaan meningkat 11 persen menjadi Rp 23,7 triliun di semester I 2019. Sekitar 50 persen pendanaan tersebur berasal dari sukuk dan obligasi. Sisanya 25 persen dari pinjaman luar negeri dan 25 persen dari pinjaman dalam negeri.
Sementara itu, total pinjaman bank pada semester I 2019 meningkat sebesar 9 persen menjadi sebesar Rp 12.6 triliun. Beberapa waktu lalu, perusahaan juga memperoleh fasilitas pinjaman luar negeri senilai 350 juta dolar AS.
Selain mengusahakan pendanaan sendiri, perusahaan juga memperoleh joint financing atau pembiayaan bersama yang tercatat di neraca induk perusahaannya, Bank Danamon. Menurut Made, jumlah pendanaan yang berasal dari joint financing ini sekitar Rp21 triliun.
Made mengatakan, semua pendanaan ini khususnya yang berasal dari pinjaman hanya akan digunakan untuk penyaluran pembiayaan kredit. "Kebutuhan kita setiap bulan itu lebih kurang Rp3 triliunan untuk pembiayaan," tutur Made.