REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak kalah dari tampilan eksteriornya yang menawan, interior masjid inipun sarat pesona. Salah satu pesona itu bersumber dari lampu gantung kristal. Ketika angin berembus, kristal-kristal pada lampu akan bergesekan satu sama lain dan mengeluarkan bunyi “ting”. Sungguh syahdu.
Sebagai sebuah bangunan yang berada di tepi laut, Masjid Bibi Heybat memiliki 40 undakan batu yang menghubungkan masjid dengan dermaga tempat menambatkan kapal.
Saat ini, Masjid Bibi Heybat memiliki dua buah menara dengan tiga kubah besar berwarna abu-abu. Karena ke indahan dan sejarah yang melingkupinya, masjid ini menjadi salah satu objek wisata religi favorit di Azerbaijan.
Setelah dibangun kembali, masjid yang berlokasi di Baku, Ibu Kota Azerbaijan ini tampil sebagai bangunan yang kental dengan nansa gotik. Rupanya, gaya arsitektur yang kerap diaplikasikan pada bangunan katedral ini diterapkan pula pada bangunan-bangunan Islam.
Pintu dan jendela berukuran yang besar dan tinggi menghiasi dinding masjid. Sementara, kaca patri warna-warni mengelilingi ruangan interior. Sisi bawah kubah juga diperin dah dengan tampilan kaca patri yang dipasang melingkar. Pada siang hari, lewat kaca-kaca ini, cahaya bisa menerangi bagian dalam masjid.
Bentuk-bentuk lengkung khas gotik tampak jelas pada jendela dan pintu. Namun, jika diamati, tak hanya ada di jendela dan pintu. Lengkung-lengkung yang menyerupai bentuk kubah dua dimensi itu juga muncul sebagai ornamen di dinding.
Masjid Bibi Heybat (sebelum diruntuhkan oleh Stalin) adalah bangunan yang melewati enam tahap pembangunan. Setiap tahapan, seperti dikatakan para ahli sejarah, ada lah penambahan dari konstruksi sebelumnya. Setelah bangunan utama berdiri, ada beberapa bangunan yang ditambahkan kemudian, yakni gerbang utara, gerbang selatan, makam, sumur bawah tanah, kolam, beberapa ruang administratif, serta ruang lainnya.
Laman www. vision.az memaparkan, masjid didesain oleh bebe rapa arsitek antara abad ke-13 dan awal abad ke-20. Yang paling awal dibangun adalah masjid lama dan menara. Di sebuah batu bertulis di dinding selatan masjid tertulis “Karya Mahmud Ibn Saad”.
Namun, pada menara yang menjulang setinggi 22 meter tertulis ang ka 1619 dengan pembuatnya ber nama Syekh Sherif Ben Sheikh Abid. Ia wafat tak lama setelah menara selesai dibangun dan ia pun dimakam kan di dalam masjid ini. Makam berada tepat di bawah kubah utama. Selain di titik ini, ada dua makam lainnya yang berada di sisi barat kubah.