Selasa 30 Jul 2019 16:43 WIB

Trump Batasi Suaka Bagi Anggota Keluarga yang Terancam

Putusan tersebut akan menetapkan standar untuk semua hakim imigrasi.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Petugas Patroli Bea Cukai dan Perbatasan menjaga pintu masuk pos Patroli Perbatasan di Clint, Texas, 26 Juni 2019. Fasilitas tersebut menjadi pusat penahanan anak migran di New Mexico dan West Texas sejak 2014.
Foto: AP Photo/Cedar Attanasio
Petugas Patroli Bea Cukai dan Perbatasan menjaga pintu masuk pos Patroli Perbatasan di Clint, Texas, 26 Juni 2019. Fasilitas tersebut menjadi pusat penahanan anak migran di New Mexico dan West Texas sejak 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pemerintah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan hambatan lain bagi pencari suaka, Senin (29/7) waktu setempat. Jaksa Agung Amerika Serikat (AS) William Barr mengatakan, para anggota keluarga yang khawatir mendapatkan kekerasan tidak lagi memenuhi syarat mendapatkan suaka.

Menurut Barr, tidak semua keluarga dianggap sebagai kelompok sosial untuk keperluan suaka. Oleh karenanya ia mengeluarkan putusan yang akan menetapkan standar untuk semua hakim imigrasi.

Baca Juga

Dilansir Time, orang-orang dapat mencari suaka di AS jika mereka dapat membuktikan ketakutan yang beralasan seperti penganiayaan berdasarkan ras, agama, keebangsaan, pendapat politik, atau keanggotaan dalam kelompok sosial tertentu.

Hingga kini, pencari suaka yang diancam adalah karena anggota keluarga mereka melakukan atau tidak memenuhi syarat. Sebagai contoh, seorang ibu yang hidupnya terancam karena putranya menolak bergabung dengan geng akan memenuhi syarat untuk suaka.

Meski demikian, Trump menggunakan beberapa tindakan untuk membatasi suaka, termasuk mempersulit korban kekerasan dalam rumah tangga untuk mendapatkan perlindungan dan mengakhiri ikatan bagi para pencari suaka. Kebijakan Trump tersebut baru-baru ini dibatalkan di pengadilan fedderal.

Meski tidak jelas berapa banyak orang yang terpengaruh, para pengacara hukum memperkirakan imbasnya bisa terkena kepada ribuan orang. Pemerintah tidak melacak kasus yang melibatkan orang-orang yang diberikan suaka karena ikatan keluarga mereka.

Keputusan Barr adalah merujuk pada kasus yang melibatkan seorang pria Meksiko yang mencari suaka karena keluarganya menjadi sasaran setelah ayahnya menolak membiarkan kartel narkoba menggunakan tokonya untuk bisnis. Seorang pengacara pengelola Jaringan Imigrasi Hukum Katolik, Victoria Neilsom mengatakan putusan itu membalikkan preseden bertahun-tahun soal pencarinsuaka. Dan merupakan serangan lain terhadap suaka.

"Hampir menggelikan jika orang tidak akan dibunuh sebagai hasil dari keputusan ini," kata Neilson.

Pemerintahan Trump secara aktif berusaha mengurangi jumlah kasus suaka dengan mengklaim sistemnya dipenuhi oleh klaim palsu. Jumlah orang yang ditangkap di perbatasan AS-Meksiko melonjak di bawah pemerintahn Trump. Orang Amerika Tengah meminta perlindungan di AS meskipun sebagian besar klaim mereka pada akhirnya ditolak di pengadilan imigrasi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement