REPUBLIKA.CO.ID, MERAUKE – Kehadiran anggota Satuan Tugas (Satgas) Pamtas RI-PNG Yonif Mekanis Raider 411 Kostrad tidak hanya fokus pada pegamanan perbatasan. Anggota kesatuan itu juga melakukan aktivitas pengganti dari orang tua asuh. Caranya dengan mengantar jemput anak-anak dari sekolah.
Dansatgas Yonif Mekanis Raider 411 Kostrad, Mayor Inf Rizky Aditya, mengatakan keharusan warga meneruskan jenjang pendidikan SMP dan SMA di Desa Rawa Biru karena di Desa mereka hanya ada Sekolah Dasar (SD). Sehingga apabila ingin meneruskan jenjang lain (SMP dan SMA) harus ke Merauke.
“Melihat kondisi inilah, akhirnya anggota Pos Rawa Biru Praka Nanang berinisiatif menjemputi anak-anak sebagai upaya membantu anak-anak untuk bersekolah di Kampung Rawa Biru serta menjamin keselamatan mereka dengan diantar jemput oleh anggota TNI secara bergantian," katanya dalam siaran pers, Selasa (30/7).
Anggota Satgas Yonif Mekanis Raider 411 Kostrad mengantar jemput anak-anak dari sekolah. Aktivitas ini dilakukan sebagai pengganti dari orang tua asuh.
Rizky menekankan ibu kandung TNI adalah rakyat. Sehingga jika TNI kesulitan rakyat maka TNI tidak akan tinggal diam. "Kegiatan tersebut meski pun tidak masuk rencana Satgas Perbatasan akan terus dilakukan selama satgas masih ada di Kampung Rawa Biru," ujarnya.
Pemandangan seperti inilah yang membuat warga merasa terbantu dengan kehadiran anggota Satgas. Mereka bersyukur kehadiran anggota bisa memperingan kegiatan warga.
“Syukur alhamdulillah tempat kami dekat dengan pos Satgas Yonif Mekanis Raider 411 Kostrad. Anggota tentara ini sangat banyak membantu kami,” ucap Ketua RT 02 Kampung Rawa Biru, Merauke, Samuel.
Pengamat Pendidikan dari Paramadina Andreas Tambah mengapresiasi kegiatan mengantar jemput siswa sekolah yang dilakukan Satgas Pamtas RI-PNG Yonif Mekanis Raider 411 Kostrad. Ia mendukung kegiatan itu sebagai bagian dari proses aparat pemerintah membantu rakyatnya.
"Saya sangat mengapresiasi Yonif Mekanis Raider 411, ini sangat menyejukkan," katanya pada Republika, Selasa (30/7).
Walau demikian, Andreas meminta Kostrad mempertimbangkan kembali jika kegiatan itu ingin dilakukan secara kontinu. Sebab ada solusi lain yang dianggap lebih tepat untuk jangka panjang. "Untuk beberapa daerah 3T yang tidak mungkin dibangun sarana pendidikan oleh karena jumlah peserta didik terlampau sedikit, maka sebaiknya pemerintah menyediakan sekolah berasrama, atau boarding school. Hal ini untuk meminimalisasi risiko yg timbul dari antar jemput," ujarnya.
Tetapi ia merasa tak ada salahnya anggota Kostrad membantu warga secara langsung. Menurutnya, hal ini dapat memberi inspirasi. "Namun bila sistem antar jemput ini dipandang paling baik maka satuan-satuan yang lain pun patut mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Yonif Mekanis Raider 411," ucapnya.