REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) yakin regenerasi para pecatur di Indonesia tidak akan pernah putus. Indonesia akan selalu melahirkan bibit-bibit muda berbakat.
"Kita di catur nggak kekurangan bibit. Tetapi menjadikan bibit ke pecatur hebat pekerjaan yang tidak mudah," ujar Ketua PB Percasi Utut Adianto dalam acara pelepasan atlet catur di Hotel Century Park, Senayan, Selasa (30/7).
Utut mengatakan, Indonesia memiliki potensi besar dalam menciptakan pemain grand master catur. Hal tersebut didukung dengan banyaknya turnamen yang digelar baik secara regional maupun nasional.
Kondisi ini juga dibuktikan dalam beberapa tahun ke belakang. Indonesia selalu ikut dalam kejuaraan dunia, di mana mayoritas pemain yang diturunkan masih berusia belia. Bahkan mereka mampu meraih medali emas dalam berbagai kejuaraan dunia.
"Seperti waktu kejuaraan di Malaysia kita mampu meraih medali emas, medali perak, dan medali perunggu," kata dia.
Dalam ajang 4th Eastern Asia Youth Chess Championship 2019 yang digelar di Bangkok, Thailand pada 1 hingga 10 Agustus 2019. Percasi mengirimkan 11 pecatur berusia delapan hingga 17 tahun untuk bertanding langsung dengan para pecatur internasional.
"Pembinaan butuh waktu yang panjang, butuh pelatih yang hebat, butuh tim yang betul-betul kuat. Itu tidak bisa cuma enam bulan dan itu yang menjadi fokus besar PB Percasi, kesinambungan," kata dia.
Menurutnya, arah usia emas para pecatur di dunia telah berubah. Awalnya, seseorang bisa memegang gelar sebagai Grand Master berusia 30 hingga 40 tahun. Kini usia emas pecatur yang memegang gelar Grand Master justru kebanyakan di usia 20 hingga 30 tahun.
Ia berharap dengan program kerja berkesinambungan serta keseriusan dalam pengembangan bibit-bibit muda, Indonesia bisa bicara banyak dalam dunia percaturan di masa depan.
"Jadi singkat kata kita dari anak-anak ini kita yakin seyakin-yakinnya suatu hari ada superstar yang hebat," kata dia.
Utut mengaku untuk menuju hal tersebut bukanlah perkara yang mudah. Selain dana yang terbatas, juga atlet-atlet yang berasal dari daerah acapkali tidak terpantau perkembangannya.
Untuk itu ia meminta agar KONI di masing-masing daerah bisa konsisten dalam upaya pengembangan bibit muda, terutama yang meraih gelar juara di berbagai turnamen skala regional maupun nasional.
"PB Percasi akan mendedikasikan dua tahun ke depan kepada anak-anak kecil. Selain itu kami rekomendasikan ke pemprov masing-masing untuk mendapat dukungan KONI setempat," kata dia.